Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan tidak semua yang kamu baca adalah kamu. Not Allowed to Copy Paste ^)^

Wednesday, September 30, 2015

Spasi

Posted by Ulfi_Adelia at 7:27 AM
Ku kembali terbangun dari tidur, ketika mimpi itu kembali mengunjungi alam bawah sadarku. Kulihat arah jarum jam yang menunjuk ke arah angka 2. Ini sudah seperempat malam, aku terbangun dengan mimpi yang sama. Hanya bedanya dalam mimpi tersebut, kulihat dirimu tergurat senyum tipis memandangku. Tidak lagi dengan wajah sendumu. Entah apa arti semua itu,. Untuk kesekian kalinya aku memimpikanmu di sebuah tempat entah dimana letaknya. Terlihat samar-samar seolah-olah dirimu menuntunku, memegang tanganku, menuju ketempat itu. Ku beranjak dari tempat tidurku, menuju dapur. Hendak mengambil segelas air. Mataku tertuju pada note-note yang kamu tulis dulu di setiap dinding-dinding dan meja, sebagai pengingat. "Jangan lupa bersihkan mejanya" begitu bunyinya. Ada banyak kenangan yang kau simpan di rumahku ini.

Ku beranjak dari dapur menuju ruang kerjaku yang terletak tepat di sebelah kamar. Aku duduk sejenak dengan nuansa malam yang makin pekat dan bunyi-bunyi serangga, entah apa namanya. Mencoba meraih sebuah buku tebal desain vintage dengan hiasan floral, desain kesukaanmu, dan buku ini memang hasil karyamu. Membuka setiap lembar dari buku itu, yang berisi setiap momen-momen kebersamaan kita dahulu dengan kata-kata, waktu terjadinya momen itu. Aku tersenyum jika melihat ini sayang. Sudah setengah tahun kamu pergi dan tak kembali di dunia ini. Dan setengah tahun pula ku diliputi rasa penyesalan, hingga hingga saat ini, aku tak bisa melupakanmu dan tak berhenti mencintaimu. Mataku mulai berkaca, menatap semua kenangan yang kau simpan di buku ini. Jika waktu bisa kuputar, Jika waktu itu aku menghentikanmu, Jika.. Ahh Aku menyesal..

Saat itu, ketika acara reuni angkatan itu, acara yang membuat kita bertengkar, acara yang untuk terakhir kalinya aku melihatmu.

Ketika aku dan teman angkatanku di kampus mengadakan reuni di sebuah pondokan sekitaran pantai Kencana. Ini adalah pertama kalinya aku dan teman-temanku reuni setelah 6 tahun tak bertemu karena sejumlah aktifitas dan kerja. Aku hendak tak mengajakmu ikut, karena tak mau kau merepotkanku, disamping itu pasti teman-temanku akan mengejekku. Namun kamu dengan ngototnya mau ikut denganku. Agak sedikit terpaksa kala itu, aku membawamu. Kamu yang cukup cerewet, sesumbar, periang memang selalu mengikuti ku, mengetahu setiap aktivitasku, dengan siapa aku, dan lain sebagainya. Dan kadang kejenuhan mulai menghinggapi. Aku ingin sendiri.

Kami berangkat tepat pukul 10 pagi. 10 laki-laki, dan 5 perempuan ditambah kamu menjadi 6 perempuan. Semuanya temanku, kecuali 1 seorang perempuan yang tak lain adalah Fika sepupu temanku Bams. Aku pernah mencintai Fika dan menjalin hubungan dengannya beberapa bulan semasa aku di kampus. Kami putus karena berbeda paham, dan kamu tak tahu itu. Kamu penuh semangat berangkat bersama kami, dan tak sungkan menyapa teman-temanku sambil memperkenalkan diri kalau kamu adalah kekasih aku. Beberapa mengejek diriku. Fika pun menyapa aku dan kamu sambil tersenyum menatapku.

Kami tiba di tempat tujuan. Butuh 2 jam kami agar sampai ketempat tujuan. Syukurlah kala itu, kami tiba di tempat tujuan dengan selamat. Kamu masih tetap semangat, tak henti-hentinya mengurusku.
Sejenak kami semua beristirahat. Hanya aku dan fika yang tidak istirahat saat itu, dan itu secara tak sengaja. Fika perlahan ingin membuka pembicaraan denganku.

"Kabar kakak gimana?" tanya Fika
"Baik fik" Jawabku singkat
"Eeehhmm... eehhmm.. itu pacar kakak?" tanya fika lagi
"Iya, sudah 5 tahun" Jawabku dengan datar
"Orangnya periang yah, cantik juga. Sibuk apa kak sekarang?" tanya Fika lagi
"Yah begitulah, dia sangat bersemangat dan baik pada semua orang. Kerja fik, di salah satu perusahaan IT. Kamu?" Aku mencoba menanyakan balik.
"Eehmm aku sekarang sibuk kerja di salah satu maskapai penerbangan swasta. Dan sekarang ngambil cuti aku". Jawabnya.

Kami berbincang banyak hal mulai dari aktivitas keseharian, hubungan dengan pasangan masing-masing dan lain sebagainya. Tiba-tiba suara salah satu temanku terdengar memanggil dan mengagetkanku dan Fika. Nampak kamu yang baru terbangun juga menghampiriku.

"Kamu nggak istirahat?" Kamu bertanya dengan wajah yang masih kusap karena lelah
"Iya, aku nggak bisa tidur. Nyenyak tidurnya? Tanyaku
"Hehehe.. iya sweetheart" Jawabmu manja

Fika beranjak dari tempatnya, cukup mengerti akan kondisi, dimana kamu ada dekatku.

"Jadi bentar malam kita acara apa?" Tanyamu dengan semangat
"Mungkin hanya sekedar makan, menyantap ikan bakar bersama." Jawabku datar
"Wah asik., nanti aku bantu bakar yah. Pasti kamu suka" Ujarmu senang
Aku membalas pintamu dengan senyuman tipis. Kamu beranjak dari tempatmu.

Malampun tiba, angin terasa sepoi-sepoi di malam hari. Suara ombak dari pantai nampak terdengar dari pondokan kami menginap. Acarapun dimulai, kami sibuk menyajikan makanan. Kamu dengan semangatnya membantu yang lainnya membakar ikan. Sedangkan aku dan teman-temanku menghabiskan waktu mengobrol bersama, bercanda gurau, mengenang masa kuliah kita. Hingga saat itu, aku mulai menepi, untuk sendiri. Kulihat dirimu masih tengah asik dengan yang lain. Nampak kamu terlihat akrab dengan yang lainnya. Aku menuju pantai dengan sendiri, hendak mencari angin, menyusuri pesisir-pesisir pantai yang dipenuhi pasir putih yang bersih.

Dan tiba-tiba aku tersentak, akan kedatangan Fika, yang mungkin diam-diam mengikutiku dari tadi hingga sampai disini. Tak ada cela untuk menghindarinya. Jujur, dulu aku pernah begitu sangat mencintainya. Dam masa-masa terberatku ketika harus menerima kenyataan bahwa aku putus dengannya.
"Lagi suka sendiri?" tanyanya sambil tersenyum
"Yah begitulah. Menghilangkan penat sejenak" Jawabku
"Boleh saya gabung?" pintanya
"Silahkan kalau mau" jawabku, dengan nada mengajak

Dia menghampiriku. Kami berjalan sambil membisu satu sama lain. Sejenak dia berhenti seketika, dan mengungkapkan sesuatu.
"Aku masih sayang kamu Daffa" Ungkapnya sambil menatapku dengan tajam
Sejenak aku berhenti berjalan akibat penuturannya.
"Kamu dengar, Daf. Sebenarnya beberapa tahun terakhir ini, aku tak bisa melupakanmu. Melupakan saat-saat kebersamaan kita. Kucoba menghapus sosokmu dari hati dan pikiranku. Tapi itu sulit Daffa. Aku semakin hancur ketika kudengar kabar, telah ada pengganti aku dihatimu. Kau tahu, aku sengaja ikut di acara ini, hanya untuk melihatmu. Selama ini, ku terus mencoba mengetahui kabarmu dari Bams. Dan sekarang adalah waktunya aku mengungkapkan semuanya. Mungkin aku terlalu egois untuk memilikimu."  Ungkap Fika dengan lirih dan wajah penuh penyesalan

Aku hanya diam membisu. melihat kesaksian Fika terhadapku
"Maaf dulu aku terlalu egois, dengan kesibukanku" Ungkap Fika dengan mata berkaca-kaca
Malam itu hanya gemuruh ombak, dan angin yang menyaksikan hal itu selain aku.


Keesokan harinya, kami menuju pantai. Untuk mersenang-senang. Semuanya tengah asik menikmati nuansa pantai nan elok dibumbui oleh senda gurai yang asik. Kamu mengajakku  ke jembatan kayu yang berada tak jauh dari tempat kami.
"Temenin aku ke jembatan itu Daf. Sepertinya asik ngeliat laut disana" Pintamu dengan manja
Aku dan kamupun menuju kejembatan itu, sambil meraih tanganku. Kita berjalan bersama.

"Daf, kamu merasa nggak hubungan kita sudah lama. Banyak rintangan yang telah kita lewati." Ungkapmu
"Iya, sepertinya baru kemarin" Jawabku
"Kamu tahu Daf, perasaanku padamu sudah terlalu kuat. dan perlu kamu tahu aku selalu sayang sama kamu. Yah meskipun kamu kadang kamu menyebalkan." Ejekmu
"Apakah kamu masih tetap menggandeng tanganku seperti ini yah nanti.?" Tanyamu sambil tersenyum khasmu.
Aku hanya tersenyum dengan segala tuturmu.

Sudah cukup bersenang-senang di pantai. Kami semuapun kembali ke pondokan. Kami melakukan aktivitas masing-masing, sesekali kulihat Fika mencoba mencari perhatianku. Mulai dari urusan membetulkan sesuatu, meminta tolong dan lain sebagainya. Aku tahu maksud itu. Dan kamu tengah asik berbincang dengan teman-temanku. Hingga pada sore haripun tiba.

Kudengar hapeku berdering. Suara sms dari Fika yang memintaku ke pantai
"Daf, aku mau bicara denganmu. Aku tunggu dipantai" bunyi sms darinya
Ku langsung beranjak, dan menuju ke pantai. Kulihat sosok Fika yang telah menunggu. Aku mendekatinya. Tiba-tiba dia memelukku dan berkata
"Kumohon, kembalilah padaku, tinggalkan Hana" Katanya sambil terisak.
Badanku kaku sejenak, dan berusaha melepaskan pelukannya. Dan seketika itupula kulihat kamu yang dengan tatapan tak percaya melihat aku dan Fika. Kamu menghampiri kami, dan menatap tajam kearahku.

Aku tak pernah melihatmu sesedih ini, dan seketika berlari pergi meninggalkan aku dan Fika. Aku tak menyusulmu. Yah., kamu menungguku pulang dengan tatapan marah. Meminta penjelasan kepadaku. Aku yang sudah cukup lelah tak ingin meladeni kemarahanmu.
"Ada hubungan apa kamu sama Fika? Kau suka sama dia?. Jawab Daffa..!!" Tanyamu
"Aku baru nyadar sikap cuek dan dinginmu akhir-akhir ini, karena itu. Daff apa kamu ngerti dengan perasaanku. Yeah, aku terlalu bodoh.!!. Kamu memang punya perasaan dengan Fika. Jujur Daffa!!" ujarmu sambil dengan hati yang masih marah

Telingaku lelah dengan ocehanmu hingga tanpa sadar aku melontarkan kata-kata yang benar-benar menyakitkanmu
"Yeah, aku memang masih punya sedikit perasaan sama Fika.!! Kau tau sikapmu yang kekanakan dan selalu ingin mengikuti segala apa yang aku lakukan buat aku muak dan lelah!!" benatakku

Teman-teman yang lain berusaha tak turut mencampuri masalahku denganmu. Dengan mencari aktivitas lain. Dan seketika kamu terdiam dengan isak tangis yang semakin menjadi.
"Kamu membela dia"
Kamu beranjak pergi meninggalkanku.
Aku masih tetap di tempatku berusaha menenangkan fikiran dan menyesal akan perkataanku.

Keesokan harinya, di pagi-pagi buta ketika mentari masih setengah menampakkan dirinya. Kulihat dirimu sudah terbangun, dengan pakaian rapi dan tas yang sepertinya kamu akan balik. Kamu tersenyum manis menyapaku seolah mengabaikan semua kejadian semalam.
"Selamat pagi Daffa ku" Ujarmu penuh semangat.
"Tidurmu nyenyak? Kamu lapar?" tanyamu sambil merapikan beberapa perlengkapanmu
"Aku sudah masak masakan favorit kamu." ujarmu

Tiba-tiba Dina temanku menghampiri menanyakan perihal kamu yang sangat terburu-buru untuk balik.
"Cepat bener kamu pulang Han. Sore loh kita balik" uja Dina
"Maaf Din, aku dapat panggilan dari orang rumah kalau ada hal penting yang harus diselesaiin." Jawabmu
"Jadi nggak bareng kita?" Ujar Dina
"Iya nih, sorry yah" Jawabmu
Aku hanya berdiri melihatmu ang tengah sibuk. tanpa mengucapkan kata-kata.
Hingga mobil rental yang kamu panggil telah datang. Aku tak mengucapkan sepatah katapun
Nampak Fika dengan wajah yang menyesal antara segan dan enggan untuk menampakkan wajahnya.
Kamu pamit, dan mendekatiku untuk mengucapkan salam perpisahan
"Jaga dirimu Daff, cepat pulang yah. Pasti nanti aku rindu. Hehehehe." Katamu sambil terenyum padaku.
Kamu pun berangkat pergi dengan mobil itu, perlahan-laha mobil itu menghilang dari mata kami.
Ada rasa menyesal, aku tak mengutarakan sepatah katapun padamu. Ya sudahlah

Fika nampak mendekatiku., meminta maaf atas kejadian yang kurang mengenakkan semalam. Aku menjelaskan untuk tidak terlalu memikirkannya

Aku beranjak dari halaman menuju kamar. Ada perasaan mengganjal didalam hatiku. Entah apa itu, hatiku terasa sesak. Kucoba baringkan diriku ke tempat tidur untuk menghilangkan sesak.

Tak lama ketika kamu pamit pulang, terdengar kabar darimu bahwa kamu mengalami kecelakaan fatal. Mobil yang kamu tumpangi menabrak pembatas jalan hingga nyaris jatuh ke jurang.

Mendengar kabar itu, tubuhku tersungkur lemas, kosong melompong, fikiranku tak karuan akan kondisimu. Ku bergegas kelokasi dimana kecelakaan itu terjadi ditemani beberapa temanku. Dalam kondisi masih syok, aku berusaha berpikir positif jika dirimu masih bisa ditolong.

"Ya Tuhan, inikah jawaban atas firasatku tadi. Tidak, tidak. Semoga kamu selamat hana" ucapku dalam hati.

Kami tiba di lokasi kejadian. Nampak beberapa orang menyaksikan serta beberapa polisi yang mencoba mengidentifikasi korban. Ku berusaha mendekati dengan lebih dekat tempat itu, berusaha mendapatkan informasi tentangmu. Nampak seorang polisi mendekatiku, mengatakan bahwa kamu sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Ku bergegas menuju rumah sakit tempatmu dibawa tampa memerdulikan teman-teman yang lain.
Andai saja, aku bisa lebih peka kalau itu salam perpisahanmu yang terakhir, andai saja ku tak membiarkanmu pulang, andai saja aku tak mengatakan semua itu tadi malam. Mungkin semuanya tidak akan terjadi hana. Itulah kalimat yang selalu ada dibenakku saat ini. Menyesal, sungguh aku menyesal..

Tiba di rumah sakit, ku segera menuju ke UGD, ku mencari dirimu. Nampak sosokmu dengan beberapa luka parah di sekujur tubuhmu. Kamu sedang ditangani sseorang dokter dan beberapa suster. Kamu dalam kondisi tak sadarkan diri. Badanmu nampak lebam akibat benturan benda kerass.. Kulihat dirimu yang tak bergerak, senyuman yang biasa menghiasi bibirmu, tak lagi kulihat saat ini. Aku meneteskan air mata, dan memohon agar dokter mampu menyelamatkanmu. Namun apa dikata, dokter tersebut mengatakan, kamu sedang koma, dan rumah sakit ini tidak cukup memiliki fasilitas untuk operasi, harus segera dibawa kerumah sakit kota. Kamu memiliki cedera parah di kepala, kata dokter tersebut. Sehingga kesempatan hidup sangat kecil. Nampak juga tiba keluargamu dengan ekspresi syok akan kondisimu. Ibumu tak henti-henti menangis dan ayahmu berusaha menenangkan dan pasrah akan kondisimu. Kamu segera dirujuk ke ruma sakit kota, untuk dioperasi.

Namun, ajal berkata lain. Kamu menghembuskan nafas terakhirmu. Waktu seakan berhenti seketika, tubuhku lemas, kaki tak mampu lagi berdiri, pikiranku kosong akibat kejadian ini. Seakan ada yang hilang dari diriku, sesuatu yang amat sangat penting. Separuh diriku telah pergi. Aku tak mampu lagi membendung air mataku. Bukan hanya aku, keluargamu pun begitu. AKu mendekatimu, yang sudah tak bernyawa berharap kamu bernafas lagi. Tapi itu tak mungkin lagi.


Dua hari setelah kematianmu, hatiku masih berkabung, diliputi rasa menyesal, dan kehilangan. Tak ada semangat hidup, pekerjaan terbengkalai. Ku mencoba meraih tasku, mencari cincin pemberianmu. Terdapat sepucuk surat yang bertuliskan "Dear My Daffa". Itu surat darimu, entah sejak kapan surat itu ada ditasku. Memang, aku tak pernah menyentuh tas ini, selama kejadian itu. Aku membuka dengan dilingkupi rasa penasaran.

"Dear My Daffa"
"Maaf jika sikapku terlalu membuatmu tertekan, itu karena rasa sayangku begitu dalam padamu. Entahlah jika tanpa sadar aku membuatmu tertekan. Makasih sudah menemani 5 tahun terakhir. Ketika aku pulang, jangan lupa memeriksa semua bawaanmu. Kamu tahu kan kamu itu pelupa, jadi aku harus selalu mengingatkanmu. Hehehehe. Ketika malam itu, aku ingin memberikan kejutan untukmu. Kau tahu, kalau hari ini tepat 5 tahun 3 bulan kita bersama. Dan seperti biasanya, kita selalu merayakannya. Aku selalu mengingatkanmu dahulu, mengingat kamu yang selalu lupa. Tapi tak apalah, Aku berharap semoga kita selalu bersama dalam keadaan apapun. Daf, aku selalu mencintaimu, berharap kita akan bersama selamanya, mengayuh biduk rumah tangga bersama, hingga hanya mampu dipisahkan oleh ajal."

"Love U always"

Hana

Ku genggam erat surat itu, ku tertunduk dan tanpa kusadari air mataku jatuh. Masih ada perasaan tak percaya akan kehilanganmu. Rasa kehilangan yang baru aku sadari bahwa sebenarnya aku begitu sayang padamu. Aku yang egois, aku yang tak pernah memerdulikan perasaanmu. Kamu yang begitu setia, perhatian, dan begitu menyayangiku, bagaimana mungkin aku membalasmu dengan cara seperti ini. Hana, kamu begitu banyak menaruh kenangan di setiap lembaran hidupku. Lima tahun bersamamu, sudah cukup banya menorehkan kisah bersama. Aku yang diliputi rasa ego yang tinggi, sehingga tidak mampu melihat hatimu, dan perjuanganmu saat ini. Bahkan menyesalpun tak ada gunanya saat ini. Kau telah tiada, dengan begitu banyak kenangan kau lukis.

"Hana, meskipun antara aku dan kau dalam dunia yang berbeda. Tak ada spasi yang dapat membuat jarak antara kita. Karena lantunan doa yang senantiasa kupanjatkan adalah jembatan aku untuk merasa selalu dekat denganmu"

Kadang, perasaan kehilangan itu datang disaat orang itu tak ada lagi untuk kita. Ketika penyesalan tak ada artinya lagi, ketika kata "Jika" dan "Andai" menjadi begitu sering diucapkan..










0 comments:

Post a Comment

>

Wednesday, September 30, 2015

Spasi

Posted by Ulfi_Adelia at 7:27 AM
Ku kembali terbangun dari tidur, ketika mimpi itu kembali mengunjungi alam bawah sadarku. Kulihat arah jarum jam yang menunjuk ke arah angka 2. Ini sudah seperempat malam, aku terbangun dengan mimpi yang sama. Hanya bedanya dalam mimpi tersebut, kulihat dirimu tergurat senyum tipis memandangku. Tidak lagi dengan wajah sendumu. Entah apa arti semua itu,. Untuk kesekian kalinya aku memimpikanmu di sebuah tempat entah dimana letaknya. Terlihat samar-samar seolah-olah dirimu menuntunku, memegang tanganku, menuju ketempat itu. Ku beranjak dari tempat tidurku, menuju dapur. Hendak mengambil segelas air. Mataku tertuju pada note-note yang kamu tulis dulu di setiap dinding-dinding dan meja, sebagai pengingat. "Jangan lupa bersihkan mejanya" begitu bunyinya. Ada banyak kenangan yang kau simpan di rumahku ini.

Ku beranjak dari dapur menuju ruang kerjaku yang terletak tepat di sebelah kamar. Aku duduk sejenak dengan nuansa malam yang makin pekat dan bunyi-bunyi serangga, entah apa namanya. Mencoba meraih sebuah buku tebal desain vintage dengan hiasan floral, desain kesukaanmu, dan buku ini memang hasil karyamu. Membuka setiap lembar dari buku itu, yang berisi setiap momen-momen kebersamaan kita dahulu dengan kata-kata, waktu terjadinya momen itu. Aku tersenyum jika melihat ini sayang. Sudah setengah tahun kamu pergi dan tak kembali di dunia ini. Dan setengah tahun pula ku diliputi rasa penyesalan, hingga hingga saat ini, aku tak bisa melupakanmu dan tak berhenti mencintaimu. Mataku mulai berkaca, menatap semua kenangan yang kau simpan di buku ini. Jika waktu bisa kuputar, Jika waktu itu aku menghentikanmu, Jika.. Ahh Aku menyesal..

Saat itu, ketika acara reuni angkatan itu, acara yang membuat kita bertengkar, acara yang untuk terakhir kalinya aku melihatmu.

Ketika aku dan teman angkatanku di kampus mengadakan reuni di sebuah pondokan sekitaran pantai Kencana. Ini adalah pertama kalinya aku dan teman-temanku reuni setelah 6 tahun tak bertemu karena sejumlah aktifitas dan kerja. Aku hendak tak mengajakmu ikut, karena tak mau kau merepotkanku, disamping itu pasti teman-temanku akan mengejekku. Namun kamu dengan ngototnya mau ikut denganku. Agak sedikit terpaksa kala itu, aku membawamu. Kamu yang cukup cerewet, sesumbar, periang memang selalu mengikuti ku, mengetahu setiap aktivitasku, dengan siapa aku, dan lain sebagainya. Dan kadang kejenuhan mulai menghinggapi. Aku ingin sendiri.

Kami berangkat tepat pukul 10 pagi. 10 laki-laki, dan 5 perempuan ditambah kamu menjadi 6 perempuan. Semuanya temanku, kecuali 1 seorang perempuan yang tak lain adalah Fika sepupu temanku Bams. Aku pernah mencintai Fika dan menjalin hubungan dengannya beberapa bulan semasa aku di kampus. Kami putus karena berbeda paham, dan kamu tak tahu itu. Kamu penuh semangat berangkat bersama kami, dan tak sungkan menyapa teman-temanku sambil memperkenalkan diri kalau kamu adalah kekasih aku. Beberapa mengejek diriku. Fika pun menyapa aku dan kamu sambil tersenyum menatapku.

Kami tiba di tempat tujuan. Butuh 2 jam kami agar sampai ketempat tujuan. Syukurlah kala itu, kami tiba di tempat tujuan dengan selamat. Kamu masih tetap semangat, tak henti-hentinya mengurusku.
Sejenak kami semua beristirahat. Hanya aku dan fika yang tidak istirahat saat itu, dan itu secara tak sengaja. Fika perlahan ingin membuka pembicaraan denganku.

"Kabar kakak gimana?" tanya Fika
"Baik fik" Jawabku singkat
"Eeehhmm... eehhmm.. itu pacar kakak?" tanya fika lagi
"Iya, sudah 5 tahun" Jawabku dengan datar
"Orangnya periang yah, cantik juga. Sibuk apa kak sekarang?" tanya Fika lagi
"Yah begitulah, dia sangat bersemangat dan baik pada semua orang. Kerja fik, di salah satu perusahaan IT. Kamu?" Aku mencoba menanyakan balik.
"Eehmm aku sekarang sibuk kerja di salah satu maskapai penerbangan swasta. Dan sekarang ngambil cuti aku". Jawabnya.

Kami berbincang banyak hal mulai dari aktivitas keseharian, hubungan dengan pasangan masing-masing dan lain sebagainya. Tiba-tiba suara salah satu temanku terdengar memanggil dan mengagetkanku dan Fika. Nampak kamu yang baru terbangun juga menghampiriku.

"Kamu nggak istirahat?" Kamu bertanya dengan wajah yang masih kusap karena lelah
"Iya, aku nggak bisa tidur. Nyenyak tidurnya? Tanyaku
"Hehehe.. iya sweetheart" Jawabmu manja

Fika beranjak dari tempatnya, cukup mengerti akan kondisi, dimana kamu ada dekatku.

"Jadi bentar malam kita acara apa?" Tanyamu dengan semangat
"Mungkin hanya sekedar makan, menyantap ikan bakar bersama." Jawabku datar
"Wah asik., nanti aku bantu bakar yah. Pasti kamu suka" Ujarmu senang
Aku membalas pintamu dengan senyuman tipis. Kamu beranjak dari tempatmu.

Malampun tiba, angin terasa sepoi-sepoi di malam hari. Suara ombak dari pantai nampak terdengar dari pondokan kami menginap. Acarapun dimulai, kami sibuk menyajikan makanan. Kamu dengan semangatnya membantu yang lainnya membakar ikan. Sedangkan aku dan teman-temanku menghabiskan waktu mengobrol bersama, bercanda gurau, mengenang masa kuliah kita. Hingga saat itu, aku mulai menepi, untuk sendiri. Kulihat dirimu masih tengah asik dengan yang lain. Nampak kamu terlihat akrab dengan yang lainnya. Aku menuju pantai dengan sendiri, hendak mencari angin, menyusuri pesisir-pesisir pantai yang dipenuhi pasir putih yang bersih.

Dan tiba-tiba aku tersentak, akan kedatangan Fika, yang mungkin diam-diam mengikutiku dari tadi hingga sampai disini. Tak ada cela untuk menghindarinya. Jujur, dulu aku pernah begitu sangat mencintainya. Dam masa-masa terberatku ketika harus menerima kenyataan bahwa aku putus dengannya.
"Lagi suka sendiri?" tanyanya sambil tersenyum
"Yah begitulah. Menghilangkan penat sejenak" Jawabku
"Boleh saya gabung?" pintanya
"Silahkan kalau mau" jawabku, dengan nada mengajak

Dia menghampiriku. Kami berjalan sambil membisu satu sama lain. Sejenak dia berhenti seketika, dan mengungkapkan sesuatu.
"Aku masih sayang kamu Daffa" Ungkapnya sambil menatapku dengan tajam
Sejenak aku berhenti berjalan akibat penuturannya.
"Kamu dengar, Daf. Sebenarnya beberapa tahun terakhir ini, aku tak bisa melupakanmu. Melupakan saat-saat kebersamaan kita. Kucoba menghapus sosokmu dari hati dan pikiranku. Tapi itu sulit Daffa. Aku semakin hancur ketika kudengar kabar, telah ada pengganti aku dihatimu. Kau tahu, aku sengaja ikut di acara ini, hanya untuk melihatmu. Selama ini, ku terus mencoba mengetahui kabarmu dari Bams. Dan sekarang adalah waktunya aku mengungkapkan semuanya. Mungkin aku terlalu egois untuk memilikimu."  Ungkap Fika dengan lirih dan wajah penuh penyesalan

Aku hanya diam membisu. melihat kesaksian Fika terhadapku
"Maaf dulu aku terlalu egois, dengan kesibukanku" Ungkap Fika dengan mata berkaca-kaca
Malam itu hanya gemuruh ombak, dan angin yang menyaksikan hal itu selain aku.


Keesokan harinya, kami menuju pantai. Untuk mersenang-senang. Semuanya tengah asik menikmati nuansa pantai nan elok dibumbui oleh senda gurai yang asik. Kamu mengajakku  ke jembatan kayu yang berada tak jauh dari tempat kami.
"Temenin aku ke jembatan itu Daf. Sepertinya asik ngeliat laut disana" Pintamu dengan manja
Aku dan kamupun menuju kejembatan itu, sambil meraih tanganku. Kita berjalan bersama.

"Daf, kamu merasa nggak hubungan kita sudah lama. Banyak rintangan yang telah kita lewati." Ungkapmu
"Iya, sepertinya baru kemarin" Jawabku
"Kamu tahu Daf, perasaanku padamu sudah terlalu kuat. dan perlu kamu tahu aku selalu sayang sama kamu. Yah meskipun kamu kadang kamu menyebalkan." Ejekmu
"Apakah kamu masih tetap menggandeng tanganku seperti ini yah nanti.?" Tanyamu sambil tersenyum khasmu.
Aku hanya tersenyum dengan segala tuturmu.

Sudah cukup bersenang-senang di pantai. Kami semuapun kembali ke pondokan. Kami melakukan aktivitas masing-masing, sesekali kulihat Fika mencoba mencari perhatianku. Mulai dari urusan membetulkan sesuatu, meminta tolong dan lain sebagainya. Aku tahu maksud itu. Dan kamu tengah asik berbincang dengan teman-temanku. Hingga pada sore haripun tiba.

Kudengar hapeku berdering. Suara sms dari Fika yang memintaku ke pantai
"Daf, aku mau bicara denganmu. Aku tunggu dipantai" bunyi sms darinya
Ku langsung beranjak, dan menuju ke pantai. Kulihat sosok Fika yang telah menunggu. Aku mendekatinya. Tiba-tiba dia memelukku dan berkata
"Kumohon, kembalilah padaku, tinggalkan Hana" Katanya sambil terisak.
Badanku kaku sejenak, dan berusaha melepaskan pelukannya. Dan seketika itupula kulihat kamu yang dengan tatapan tak percaya melihat aku dan Fika. Kamu menghampiri kami, dan menatap tajam kearahku.

Aku tak pernah melihatmu sesedih ini, dan seketika berlari pergi meninggalkan aku dan Fika. Aku tak menyusulmu. Yah., kamu menungguku pulang dengan tatapan marah. Meminta penjelasan kepadaku. Aku yang sudah cukup lelah tak ingin meladeni kemarahanmu.
"Ada hubungan apa kamu sama Fika? Kau suka sama dia?. Jawab Daffa..!!" Tanyamu
"Aku baru nyadar sikap cuek dan dinginmu akhir-akhir ini, karena itu. Daff apa kamu ngerti dengan perasaanku. Yeah, aku terlalu bodoh.!!. Kamu memang punya perasaan dengan Fika. Jujur Daffa!!" ujarmu sambil dengan hati yang masih marah

Telingaku lelah dengan ocehanmu hingga tanpa sadar aku melontarkan kata-kata yang benar-benar menyakitkanmu
"Yeah, aku memang masih punya sedikit perasaan sama Fika.!! Kau tau sikapmu yang kekanakan dan selalu ingin mengikuti segala apa yang aku lakukan buat aku muak dan lelah!!" benatakku

Teman-teman yang lain berusaha tak turut mencampuri masalahku denganmu. Dengan mencari aktivitas lain. Dan seketika kamu terdiam dengan isak tangis yang semakin menjadi.
"Kamu membela dia"
Kamu beranjak pergi meninggalkanku.
Aku masih tetap di tempatku berusaha menenangkan fikiran dan menyesal akan perkataanku.

Keesokan harinya, di pagi-pagi buta ketika mentari masih setengah menampakkan dirinya. Kulihat dirimu sudah terbangun, dengan pakaian rapi dan tas yang sepertinya kamu akan balik. Kamu tersenyum manis menyapaku seolah mengabaikan semua kejadian semalam.
"Selamat pagi Daffa ku" Ujarmu penuh semangat.
"Tidurmu nyenyak? Kamu lapar?" tanyamu sambil merapikan beberapa perlengkapanmu
"Aku sudah masak masakan favorit kamu." ujarmu

Tiba-tiba Dina temanku menghampiri menanyakan perihal kamu yang sangat terburu-buru untuk balik.
"Cepat bener kamu pulang Han. Sore loh kita balik" uja Dina
"Maaf Din, aku dapat panggilan dari orang rumah kalau ada hal penting yang harus diselesaiin." Jawabmu
"Jadi nggak bareng kita?" Ujar Dina
"Iya nih, sorry yah" Jawabmu
Aku hanya berdiri melihatmu ang tengah sibuk. tanpa mengucapkan kata-kata.
Hingga mobil rental yang kamu panggil telah datang. Aku tak mengucapkan sepatah katapun
Nampak Fika dengan wajah yang menyesal antara segan dan enggan untuk menampakkan wajahnya.
Kamu pamit, dan mendekatiku untuk mengucapkan salam perpisahan
"Jaga dirimu Daff, cepat pulang yah. Pasti nanti aku rindu. Hehehehe." Katamu sambil terenyum padaku.
Kamu pun berangkat pergi dengan mobil itu, perlahan-laha mobil itu menghilang dari mata kami.
Ada rasa menyesal, aku tak mengutarakan sepatah katapun padamu. Ya sudahlah

Fika nampak mendekatiku., meminta maaf atas kejadian yang kurang mengenakkan semalam. Aku menjelaskan untuk tidak terlalu memikirkannya

Aku beranjak dari halaman menuju kamar. Ada perasaan mengganjal didalam hatiku. Entah apa itu, hatiku terasa sesak. Kucoba baringkan diriku ke tempat tidur untuk menghilangkan sesak.

Tak lama ketika kamu pamit pulang, terdengar kabar darimu bahwa kamu mengalami kecelakaan fatal. Mobil yang kamu tumpangi menabrak pembatas jalan hingga nyaris jatuh ke jurang.

Mendengar kabar itu, tubuhku tersungkur lemas, kosong melompong, fikiranku tak karuan akan kondisimu. Ku bergegas kelokasi dimana kecelakaan itu terjadi ditemani beberapa temanku. Dalam kondisi masih syok, aku berusaha berpikir positif jika dirimu masih bisa ditolong.

"Ya Tuhan, inikah jawaban atas firasatku tadi. Tidak, tidak. Semoga kamu selamat hana" ucapku dalam hati.

Kami tiba di lokasi kejadian. Nampak beberapa orang menyaksikan serta beberapa polisi yang mencoba mengidentifikasi korban. Ku berusaha mendekati dengan lebih dekat tempat itu, berusaha mendapatkan informasi tentangmu. Nampak seorang polisi mendekatiku, mengatakan bahwa kamu sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Ku bergegas menuju rumah sakit tempatmu dibawa tampa memerdulikan teman-teman yang lain.
Andai saja, aku bisa lebih peka kalau itu salam perpisahanmu yang terakhir, andai saja ku tak membiarkanmu pulang, andai saja aku tak mengatakan semua itu tadi malam. Mungkin semuanya tidak akan terjadi hana. Itulah kalimat yang selalu ada dibenakku saat ini. Menyesal, sungguh aku menyesal..

Tiba di rumah sakit, ku segera menuju ke UGD, ku mencari dirimu. Nampak sosokmu dengan beberapa luka parah di sekujur tubuhmu. Kamu sedang ditangani sseorang dokter dan beberapa suster. Kamu dalam kondisi tak sadarkan diri. Badanmu nampak lebam akibat benturan benda kerass.. Kulihat dirimu yang tak bergerak, senyuman yang biasa menghiasi bibirmu, tak lagi kulihat saat ini. Aku meneteskan air mata, dan memohon agar dokter mampu menyelamatkanmu. Namun apa dikata, dokter tersebut mengatakan, kamu sedang koma, dan rumah sakit ini tidak cukup memiliki fasilitas untuk operasi, harus segera dibawa kerumah sakit kota. Kamu memiliki cedera parah di kepala, kata dokter tersebut. Sehingga kesempatan hidup sangat kecil. Nampak juga tiba keluargamu dengan ekspresi syok akan kondisimu. Ibumu tak henti-henti menangis dan ayahmu berusaha menenangkan dan pasrah akan kondisimu. Kamu segera dirujuk ke ruma sakit kota, untuk dioperasi.

Namun, ajal berkata lain. Kamu menghembuskan nafas terakhirmu. Waktu seakan berhenti seketika, tubuhku lemas, kaki tak mampu lagi berdiri, pikiranku kosong akibat kejadian ini. Seakan ada yang hilang dari diriku, sesuatu yang amat sangat penting. Separuh diriku telah pergi. Aku tak mampu lagi membendung air mataku. Bukan hanya aku, keluargamu pun begitu. AKu mendekatimu, yang sudah tak bernyawa berharap kamu bernafas lagi. Tapi itu tak mungkin lagi.


Dua hari setelah kematianmu, hatiku masih berkabung, diliputi rasa menyesal, dan kehilangan. Tak ada semangat hidup, pekerjaan terbengkalai. Ku mencoba meraih tasku, mencari cincin pemberianmu. Terdapat sepucuk surat yang bertuliskan "Dear My Daffa". Itu surat darimu, entah sejak kapan surat itu ada ditasku. Memang, aku tak pernah menyentuh tas ini, selama kejadian itu. Aku membuka dengan dilingkupi rasa penasaran.

"Dear My Daffa"
"Maaf jika sikapku terlalu membuatmu tertekan, itu karena rasa sayangku begitu dalam padamu. Entahlah jika tanpa sadar aku membuatmu tertekan. Makasih sudah menemani 5 tahun terakhir. Ketika aku pulang, jangan lupa memeriksa semua bawaanmu. Kamu tahu kan kamu itu pelupa, jadi aku harus selalu mengingatkanmu. Hehehehe. Ketika malam itu, aku ingin memberikan kejutan untukmu. Kau tahu, kalau hari ini tepat 5 tahun 3 bulan kita bersama. Dan seperti biasanya, kita selalu merayakannya. Aku selalu mengingatkanmu dahulu, mengingat kamu yang selalu lupa. Tapi tak apalah, Aku berharap semoga kita selalu bersama dalam keadaan apapun. Daf, aku selalu mencintaimu, berharap kita akan bersama selamanya, mengayuh biduk rumah tangga bersama, hingga hanya mampu dipisahkan oleh ajal."

"Love U always"

Hana

Ku genggam erat surat itu, ku tertunduk dan tanpa kusadari air mataku jatuh. Masih ada perasaan tak percaya akan kehilanganmu. Rasa kehilangan yang baru aku sadari bahwa sebenarnya aku begitu sayang padamu. Aku yang egois, aku yang tak pernah memerdulikan perasaanmu. Kamu yang begitu setia, perhatian, dan begitu menyayangiku, bagaimana mungkin aku membalasmu dengan cara seperti ini. Hana, kamu begitu banyak menaruh kenangan di setiap lembaran hidupku. Lima tahun bersamamu, sudah cukup banya menorehkan kisah bersama. Aku yang diliputi rasa ego yang tinggi, sehingga tidak mampu melihat hatimu, dan perjuanganmu saat ini. Bahkan menyesalpun tak ada gunanya saat ini. Kau telah tiada, dengan begitu banyak kenangan kau lukis.

"Hana, meskipun antara aku dan kau dalam dunia yang berbeda. Tak ada spasi yang dapat membuat jarak antara kita. Karena lantunan doa yang senantiasa kupanjatkan adalah jembatan aku untuk merasa selalu dekat denganmu"

Kadang, perasaan kehilangan itu datang disaat orang itu tak ada lagi untuk kita. Ketika penyesalan tak ada artinya lagi, ketika kata "Jika" dan "Andai" menjadi begitu sering diucapkan..










0 comments on "Spasi"

Post a Comment


Extended Network Banners
 

Mademoiselle Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea