Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan tidak semua yang kamu baca adalah kamu. Not Allowed to Copy Paste ^)^

Wednesday, December 24, 2014

Tanpa Judul

Posted by Ulfi_Adelia at 3:37 AM 0 comments
Malam ini hujan turun lagi. Seperti malam-malam yang lalu, Menyenangkan. Kristal-kristal air hujan cukup membuat lampu jalan diluar sana indah kerlap-kerlip.Tidak terlalu deras, gerimis lah. Suasana jalanpun cukup ramai ditengah deraian hujan, sebagian pengemudi memilih berteduh di beberapa tempat yang beratap. Menunggu hujan untuk berhenti. Ada juga yang memilih untuk melanjutkan perjalanan, karena membawa mantel, karena membawa kendaraan beroda empat, dan atau karena tidak ingin lama menunggu hujannya berhenti.

Aku menghela napas panjang, tanganku dengan lembut menyentuh kaca yang berembun. Dingin seketika menyergap ujing jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan tangan, menembus siku, bahu, hingga sampai ke hatiku. Segera kuambil kopi hangat yang telah aku pesan sejam yang lalu. Panasnya sudah mulai hilang, lumayan hangat untuk diminum. Cukup menghangatkan badan yang mulai dingin, tapi tak cukup menghangatkan hatiku. Dingin ini terlalu kuat hingga mampu mengkristalkan semua perasaan.

Tepat di meja tersudut sebuah kafe, menyamping dengan jendela yang memanjang dari dekat pintu masuk hingga sudut terdalam dari kafe tersebut. Kafe ini cukup lama bertahan untuk ukuran lamanya sebuah kafe berdiri. Banyak yang sudah gulung tikar. Lokasi kafe ini cukup strategis berdiri. Kalian bisa melihat dengan leluasa pemandangan jalan besar di kota ini, dengan akses angkutan umum yang mudah. Lokasinya juga diapit oleh beberapa perguruan tinggi terkenal di kota ini. Maka tak heran jika para pengunjungnya sebagian besar adalah mahasiswa.

Cukup banyak yang berubah dari kafe ini. Wallpaper dindingnya diganti seluruhnya dengan wallpaper yang lebih terkesan modern. Bukan lagi wallpaper dengan desain classic seperti pertama kali aku kesini. Lampunya pun berganti dengan lampu yang terkesan Vintage, bukan lagi lampu bulat putih memanjang. Perpaduan wallpaper modern dan lampu vintage sangat pas untuk masa sekarang. Yang lagi marak-maraknya memakai desain ini.
Diseberang jalan, berjejer rapi gerai fotokopian serta jasa percetakan dengan lampu neon yang terang. Lemari kaca, karyawan-karyawan, serta para pengunjung yang kelihatannya kebanyakn mahasiswa duduk menunggu antrian fotokopiannya. Disamping gerai-gerai itu terdapat beberapa ruko yang berdiri. Rumah karaoke dengan banyaknya kendaraan yang terparkir rapi didepannya, mini market, sampe toko kue berjejer rapi. Semua tampak jelas terlihat disini. Rumah karaoke memang makin laris hingga saat ini. Banyak orang berkunjung hanya sekedar hiburan untuk menghilangkan stres karena tanggung jawab pekerjaan, atau mungkin sebagai tempat berkumpul dengan kawan-kawan. 

Ada sepasang muda mudi hendak turun dari motor di parkiran, seumuran mahasiswa kelihatannya. Si wanita mengenakan jaket ungu. Mereka berlari menuju ke tempat karaoke tersebut, si pria sambil berlari memegang tangan si wanita. Cukup mudah ditebak kalau mereka adalah sepasang kekasih, dan sudah cukup untuk mengerti betapa mesranya mereka. 

Mataku kembali tertuju pada gelas kopi yang ada di depanku. melihat kalau kopiku hampir habis. Kuteguk tegukan yang terakhir sambil sedikit memperhatikan pengunjung lain yang berada di sekitarku. Melihat disekitar, untuk menemukan apakah ada pria seumuranku yang nongkrong jam-jam segini. Namun tak kutemukan seumuranku. Mungkin hanya aku, pria berusia 30-an yang masih minat nongkrong di kafe yang pengunjungnya sebagian besar usia dua-puluhan.

Suasana malam ini, cukup tenang dari biasanya mungkin karena hujan. Namun bagi mereka anak muda disekitarku, suasana ini cukup romantis untuk dihabiskan berdua bersama dengan kekasih, teman, atau seorang yang masih dalam status pedekate. Ada pula yang sibuk bercengkrama dengan notebook nya hendak menyelesaikan tugas atau mungkin hanya sekedar browsing atau chatting.
Leherku terasa kering, kupanggil salah satu karyawan kafe yang cukup denkat denganku.
     "Dek.." aku memanggil karyawan itu dengan sebutan dek karena dia terlihat masih muda dariku.
Karyawan itu datang menghampiriku. "Ada yang bisa dibantu Pak?." karyawan itu menawarkan pelayanan.
    "Bisa ambilkan saya segelas air minum? Yang biasa saja jangan yang dingin". Pintaku
    " Iya Pak, tunggu." Si karyawan lalu pergi mengambilkanku segelas air.
Cukup cepat dia mengambilnya dan membawakannya padaku. "Ini Pak, ada lagi?" tanyanya. Sudah tidak ada, makasih." Ucapku.
Si pelayan langsung beranjak pergi dengan seutas senyuman tipis.

Aku suka mengunjungi tempat ini. Menu minuman dan makanannya yang enak, pelayanan fasilitas yang biak, serta kondisi kafe yang cukup menyenangkan untuk di kunjungi. Namun alasan yang paling utama adalah karena kafe ini begitu banyak menyimpan cerita tentangku, tentang masa-masa itu, dan tentang kamu.

Aku selalu mengunjungi tempat ini setiap tanggal 21 setiap bulannya. Aku selalu menghabiskan banyak waktu hanya sekedar duduk diam, memesan segelas kopi sambil menatap jendela dengan lamat-lamat. Ada perasaan yang bercampur pada saat itu dan sekarang. Bahagia, sedih, sesak, lucu dan lain sebagainya. Yah semua terpapar jelas diingatanku tentang momen itu dan kamu. Serasa memutar mesin waktu ke 12 tahun yang lalu. Inilah tempat favorit aku dan juga tempat favorit kami.

Dan hari ini, tepat tanggal 21 bulan ke tujuh, dimana pada saat itu, adalah tanggal dan bulan yang sangat tak terlupakan hingga saat ini ketika aku mulai berinjak tiga puluhan. Dan pada malam ini, aku hendak bernostalgia dengan kenangan. Cerita yang membahagiakan sekaligus menyedihkan.
Dimana letak bahagianya dan dimana letak menyedihkannya., semuanya akan terurai dalam sebuah kisah ini.


TO BE CONTINUED.....





Sunday, December 21, 2014

Pelangi yang Tak Kau Sadari

Posted by Ulfi_Adelia at 8:26 AM 0 comments
Akulah pelangi yang sedang menanti di sudut jendela kamarmu

Yang di kedua tangannya membawa seikat corak warna

Merah, Kuning, Hijau, Nila, Biru, dan Jingga

Yang masih menantimu membuka jendela

Menyambut kedua tangan itu

Akulah pelangi yang tak kau sadari, yang menantimu

Namun pintu itu masih tertutup

Mungkin ketakutanmu akan hujan masih menyelimuti hatimu

Hujan yang telah membasahi hati kecilmu dengan duka

Hingga hatimu sulit melihat pelangi ini

Kamu takut jika sedikit membukanya

Itu bukanlah benar-benar pelangi

Akulah pelangi yang nyata

Pelangi yang tak kau sadari

Hadir memberikan sejuta warna dalam hari-harimu


Saturday, December 20, 2014

Daun dan Rantingnya

Posted by Ulfi_Adelia at 11:54 PM 0 comments
Akulah daun yang bersandar pada rantingnya

Akulah yang takut terjatuh

Hingga menjadikan sang ranting penopangku

Menjagaku agar tak terjatuh di kerasnya tanah dan kencangnya angin

Tetap membiarkanku bergelantungan disetiap rantai-rantainya

Bukannya aku takut terlepas darinya

Namun takut menghadapi tanah, angin, dan senja

Ketakutan terhadap tanah yang membiarkan manusia menginjakku

Ketakutan terhadap angin yang akan menerbangkanku entah berantah

Dan ketakutan terhadap senja sekalipun di jingga ada maharani.

Biarkanlah aku daun dan rantingnya tetap bersama

Hingga sang ranting tak mampu lagi menopang sang daun





>

Wednesday, December 24, 2014

Tanpa Judul

Posted by Ulfi_Adelia at 3:37 AM 0 comments
Malam ini hujan turun lagi. Seperti malam-malam yang lalu, Menyenangkan. Kristal-kristal air hujan cukup membuat lampu jalan diluar sana indah kerlap-kerlip.Tidak terlalu deras, gerimis lah. Suasana jalanpun cukup ramai ditengah deraian hujan, sebagian pengemudi memilih berteduh di beberapa tempat yang beratap. Menunggu hujan untuk berhenti. Ada juga yang memilih untuk melanjutkan perjalanan, karena membawa mantel, karena membawa kendaraan beroda empat, dan atau karena tidak ingin lama menunggu hujannya berhenti.

Aku menghela napas panjang, tanganku dengan lembut menyentuh kaca yang berembun. Dingin seketika menyergap ujing jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan tangan, menembus siku, bahu, hingga sampai ke hatiku. Segera kuambil kopi hangat yang telah aku pesan sejam yang lalu. Panasnya sudah mulai hilang, lumayan hangat untuk diminum. Cukup menghangatkan badan yang mulai dingin, tapi tak cukup menghangatkan hatiku. Dingin ini terlalu kuat hingga mampu mengkristalkan semua perasaan.

Tepat di meja tersudut sebuah kafe, menyamping dengan jendela yang memanjang dari dekat pintu masuk hingga sudut terdalam dari kafe tersebut. Kafe ini cukup lama bertahan untuk ukuran lamanya sebuah kafe berdiri. Banyak yang sudah gulung tikar. Lokasi kafe ini cukup strategis berdiri. Kalian bisa melihat dengan leluasa pemandangan jalan besar di kota ini, dengan akses angkutan umum yang mudah. Lokasinya juga diapit oleh beberapa perguruan tinggi terkenal di kota ini. Maka tak heran jika para pengunjungnya sebagian besar adalah mahasiswa.

Cukup banyak yang berubah dari kafe ini. Wallpaper dindingnya diganti seluruhnya dengan wallpaper yang lebih terkesan modern. Bukan lagi wallpaper dengan desain classic seperti pertama kali aku kesini. Lampunya pun berganti dengan lampu yang terkesan Vintage, bukan lagi lampu bulat putih memanjang. Perpaduan wallpaper modern dan lampu vintage sangat pas untuk masa sekarang. Yang lagi marak-maraknya memakai desain ini.
Diseberang jalan, berjejer rapi gerai fotokopian serta jasa percetakan dengan lampu neon yang terang. Lemari kaca, karyawan-karyawan, serta para pengunjung yang kelihatannya kebanyakn mahasiswa duduk menunggu antrian fotokopiannya. Disamping gerai-gerai itu terdapat beberapa ruko yang berdiri. Rumah karaoke dengan banyaknya kendaraan yang terparkir rapi didepannya, mini market, sampe toko kue berjejer rapi. Semua tampak jelas terlihat disini. Rumah karaoke memang makin laris hingga saat ini. Banyak orang berkunjung hanya sekedar hiburan untuk menghilangkan stres karena tanggung jawab pekerjaan, atau mungkin sebagai tempat berkumpul dengan kawan-kawan. 

Ada sepasang muda mudi hendak turun dari motor di parkiran, seumuran mahasiswa kelihatannya. Si wanita mengenakan jaket ungu. Mereka berlari menuju ke tempat karaoke tersebut, si pria sambil berlari memegang tangan si wanita. Cukup mudah ditebak kalau mereka adalah sepasang kekasih, dan sudah cukup untuk mengerti betapa mesranya mereka. 

Mataku kembali tertuju pada gelas kopi yang ada di depanku. melihat kalau kopiku hampir habis. Kuteguk tegukan yang terakhir sambil sedikit memperhatikan pengunjung lain yang berada di sekitarku. Melihat disekitar, untuk menemukan apakah ada pria seumuranku yang nongkrong jam-jam segini. Namun tak kutemukan seumuranku. Mungkin hanya aku, pria berusia 30-an yang masih minat nongkrong di kafe yang pengunjungnya sebagian besar usia dua-puluhan.

Suasana malam ini, cukup tenang dari biasanya mungkin karena hujan. Namun bagi mereka anak muda disekitarku, suasana ini cukup romantis untuk dihabiskan berdua bersama dengan kekasih, teman, atau seorang yang masih dalam status pedekate. Ada pula yang sibuk bercengkrama dengan notebook nya hendak menyelesaikan tugas atau mungkin hanya sekedar browsing atau chatting.
Leherku terasa kering, kupanggil salah satu karyawan kafe yang cukup denkat denganku.
     "Dek.." aku memanggil karyawan itu dengan sebutan dek karena dia terlihat masih muda dariku.
Karyawan itu datang menghampiriku. "Ada yang bisa dibantu Pak?." karyawan itu menawarkan pelayanan.
    "Bisa ambilkan saya segelas air minum? Yang biasa saja jangan yang dingin". Pintaku
    " Iya Pak, tunggu." Si karyawan lalu pergi mengambilkanku segelas air.
Cukup cepat dia mengambilnya dan membawakannya padaku. "Ini Pak, ada lagi?" tanyanya. Sudah tidak ada, makasih." Ucapku.
Si pelayan langsung beranjak pergi dengan seutas senyuman tipis.

Aku suka mengunjungi tempat ini. Menu minuman dan makanannya yang enak, pelayanan fasilitas yang biak, serta kondisi kafe yang cukup menyenangkan untuk di kunjungi. Namun alasan yang paling utama adalah karena kafe ini begitu banyak menyimpan cerita tentangku, tentang masa-masa itu, dan tentang kamu.

Aku selalu mengunjungi tempat ini setiap tanggal 21 setiap bulannya. Aku selalu menghabiskan banyak waktu hanya sekedar duduk diam, memesan segelas kopi sambil menatap jendela dengan lamat-lamat. Ada perasaan yang bercampur pada saat itu dan sekarang. Bahagia, sedih, sesak, lucu dan lain sebagainya. Yah semua terpapar jelas diingatanku tentang momen itu dan kamu. Serasa memutar mesin waktu ke 12 tahun yang lalu. Inilah tempat favorit aku dan juga tempat favorit kami.

Dan hari ini, tepat tanggal 21 bulan ke tujuh, dimana pada saat itu, adalah tanggal dan bulan yang sangat tak terlupakan hingga saat ini ketika aku mulai berinjak tiga puluhan. Dan pada malam ini, aku hendak bernostalgia dengan kenangan. Cerita yang membahagiakan sekaligus menyedihkan.
Dimana letak bahagianya dan dimana letak menyedihkannya., semuanya akan terurai dalam sebuah kisah ini.


TO BE CONTINUED.....





Sunday, December 21, 2014

Pelangi yang Tak Kau Sadari

Posted by Ulfi_Adelia at 8:26 AM 0 comments
Akulah pelangi yang sedang menanti di sudut jendela kamarmu

Yang di kedua tangannya membawa seikat corak warna

Merah, Kuning, Hijau, Nila, Biru, dan Jingga

Yang masih menantimu membuka jendela

Menyambut kedua tangan itu

Akulah pelangi yang tak kau sadari, yang menantimu

Namun pintu itu masih tertutup

Mungkin ketakutanmu akan hujan masih menyelimuti hatimu

Hujan yang telah membasahi hati kecilmu dengan duka

Hingga hatimu sulit melihat pelangi ini

Kamu takut jika sedikit membukanya

Itu bukanlah benar-benar pelangi

Akulah pelangi yang nyata

Pelangi yang tak kau sadari

Hadir memberikan sejuta warna dalam hari-harimu


Saturday, December 20, 2014

Daun dan Rantingnya

Posted by Ulfi_Adelia at 11:54 PM 0 comments
Akulah daun yang bersandar pada rantingnya

Akulah yang takut terjatuh

Hingga menjadikan sang ranting penopangku

Menjagaku agar tak terjatuh di kerasnya tanah dan kencangnya angin

Tetap membiarkanku bergelantungan disetiap rantai-rantainya

Bukannya aku takut terlepas darinya

Namun takut menghadapi tanah, angin, dan senja

Ketakutan terhadap tanah yang membiarkan manusia menginjakku

Ketakutan terhadap angin yang akan menerbangkanku entah berantah

Dan ketakutan terhadap senja sekalipun di jingga ada maharani.

Biarkanlah aku daun dan rantingnya tetap bersama

Hingga sang ranting tak mampu lagi menopang sang daun






Extended Network Banners
 

Mademoiselle Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea