Tidak semua yang aku tulis adalah aku, dan tidak semua yang kamu baca adalah kamu. Not Allowed to Copy Paste ^)^

Wednesday, September 30, 2015

Spasi

Posted by Ulfi_Adelia at 7:27 AM 0 comments
Ku kembali terbangun dari tidur, ketika mimpi itu kembali mengunjungi alam bawah sadarku. Kulihat arah jarum jam yang menunjuk ke arah angka 2. Ini sudah seperempat malam, aku terbangun dengan mimpi yang sama. Hanya bedanya dalam mimpi tersebut, kulihat dirimu tergurat senyum tipis memandangku. Tidak lagi dengan wajah sendumu. Entah apa arti semua itu,. Untuk kesekian kalinya aku memimpikanmu di sebuah tempat entah dimana letaknya. Terlihat samar-samar seolah-olah dirimu menuntunku, memegang tanganku, menuju ketempat itu. Ku beranjak dari tempat tidurku, menuju dapur. Hendak mengambil segelas air. Mataku tertuju pada note-note yang kamu tulis dulu di setiap dinding-dinding dan meja, sebagai pengingat. "Jangan lupa bersihkan mejanya" begitu bunyinya. Ada banyak kenangan yang kau simpan di rumahku ini.

Ku beranjak dari dapur menuju ruang kerjaku yang terletak tepat di sebelah kamar. Aku duduk sejenak dengan nuansa malam yang makin pekat dan bunyi-bunyi serangga, entah apa namanya. Mencoba meraih sebuah buku tebal desain vintage dengan hiasan floral, desain kesukaanmu, dan buku ini memang hasil karyamu. Membuka setiap lembar dari buku itu, yang berisi setiap momen-momen kebersamaan kita dahulu dengan kata-kata, waktu terjadinya momen itu. Aku tersenyum jika melihat ini sayang. Sudah setengah tahun kamu pergi dan tak kembali di dunia ini. Dan setengah tahun pula ku diliputi rasa penyesalan, hingga hingga saat ini, aku tak bisa melupakanmu dan tak berhenti mencintaimu. Mataku mulai berkaca, menatap semua kenangan yang kau simpan di buku ini. Jika waktu bisa kuputar, Jika waktu itu aku menghentikanmu, Jika.. Ahh Aku menyesal..

Saat itu, ketika acara reuni angkatan itu, acara yang membuat kita bertengkar, acara yang untuk terakhir kalinya aku melihatmu.

Ketika aku dan teman angkatanku di kampus mengadakan reuni di sebuah pondokan sekitaran pantai Kencana. Ini adalah pertama kalinya aku dan teman-temanku reuni setelah 6 tahun tak bertemu karena sejumlah aktifitas dan kerja. Aku hendak tak mengajakmu ikut, karena tak mau kau merepotkanku, disamping itu pasti teman-temanku akan mengejekku. Namun kamu dengan ngototnya mau ikut denganku. Agak sedikit terpaksa kala itu, aku membawamu. Kamu yang cukup cerewet, sesumbar, periang memang selalu mengikuti ku, mengetahu setiap aktivitasku, dengan siapa aku, dan lain sebagainya. Dan kadang kejenuhan mulai menghinggapi. Aku ingin sendiri.

Kami berangkat tepat pukul 10 pagi. 10 laki-laki, dan 5 perempuan ditambah kamu menjadi 6 perempuan. Semuanya temanku, kecuali 1 seorang perempuan yang tak lain adalah Fika sepupu temanku Bams. Aku pernah mencintai Fika dan menjalin hubungan dengannya beberapa bulan semasa aku di kampus. Kami putus karena berbeda paham, dan kamu tak tahu itu. Kamu penuh semangat berangkat bersama kami, dan tak sungkan menyapa teman-temanku sambil memperkenalkan diri kalau kamu adalah kekasih aku. Beberapa mengejek diriku. Fika pun menyapa aku dan kamu sambil tersenyum menatapku.

Kami tiba di tempat tujuan. Butuh 2 jam kami agar sampai ketempat tujuan. Syukurlah kala itu, kami tiba di tempat tujuan dengan selamat. Kamu masih tetap semangat, tak henti-hentinya mengurusku.
Sejenak kami semua beristirahat. Hanya aku dan fika yang tidak istirahat saat itu, dan itu secara tak sengaja. Fika perlahan ingin membuka pembicaraan denganku.

"Kabar kakak gimana?" tanya Fika
"Baik fik" Jawabku singkat
"Eeehhmm... eehhmm.. itu pacar kakak?" tanya fika lagi
"Iya, sudah 5 tahun" Jawabku dengan datar
"Orangnya periang yah, cantik juga. Sibuk apa kak sekarang?" tanya Fika lagi
"Yah begitulah, dia sangat bersemangat dan baik pada semua orang. Kerja fik, di salah satu perusahaan IT. Kamu?" Aku mencoba menanyakan balik.
"Eehmm aku sekarang sibuk kerja di salah satu maskapai penerbangan swasta. Dan sekarang ngambil cuti aku". Jawabnya.

Kami berbincang banyak hal mulai dari aktivitas keseharian, hubungan dengan pasangan masing-masing dan lain sebagainya. Tiba-tiba suara salah satu temanku terdengar memanggil dan mengagetkanku dan Fika. Nampak kamu yang baru terbangun juga menghampiriku.

"Kamu nggak istirahat?" Kamu bertanya dengan wajah yang masih kusap karena lelah
"Iya, aku nggak bisa tidur. Nyenyak tidurnya? Tanyaku
"Hehehe.. iya sweetheart" Jawabmu manja

Fika beranjak dari tempatnya, cukup mengerti akan kondisi, dimana kamu ada dekatku.

"Jadi bentar malam kita acara apa?" Tanyamu dengan semangat
"Mungkin hanya sekedar makan, menyantap ikan bakar bersama." Jawabku datar
"Wah asik., nanti aku bantu bakar yah. Pasti kamu suka" Ujarmu senang
Aku membalas pintamu dengan senyuman tipis. Kamu beranjak dari tempatmu.

Malampun tiba, angin terasa sepoi-sepoi di malam hari. Suara ombak dari pantai nampak terdengar dari pondokan kami menginap. Acarapun dimulai, kami sibuk menyajikan makanan. Kamu dengan semangatnya membantu yang lainnya membakar ikan. Sedangkan aku dan teman-temanku menghabiskan waktu mengobrol bersama, bercanda gurau, mengenang masa kuliah kita. Hingga saat itu, aku mulai menepi, untuk sendiri. Kulihat dirimu masih tengah asik dengan yang lain. Nampak kamu terlihat akrab dengan yang lainnya. Aku menuju pantai dengan sendiri, hendak mencari angin, menyusuri pesisir-pesisir pantai yang dipenuhi pasir putih yang bersih.

Dan tiba-tiba aku tersentak, akan kedatangan Fika, yang mungkin diam-diam mengikutiku dari tadi hingga sampai disini. Tak ada cela untuk menghindarinya. Jujur, dulu aku pernah begitu sangat mencintainya. Dam masa-masa terberatku ketika harus menerima kenyataan bahwa aku putus dengannya.
"Lagi suka sendiri?" tanyanya sambil tersenyum
"Yah begitulah. Menghilangkan penat sejenak" Jawabku
"Boleh saya gabung?" pintanya
"Silahkan kalau mau" jawabku, dengan nada mengajak

Dia menghampiriku. Kami berjalan sambil membisu satu sama lain. Sejenak dia berhenti seketika, dan mengungkapkan sesuatu.
"Aku masih sayang kamu Daffa" Ungkapnya sambil menatapku dengan tajam
Sejenak aku berhenti berjalan akibat penuturannya.
"Kamu dengar, Daf. Sebenarnya beberapa tahun terakhir ini, aku tak bisa melupakanmu. Melupakan saat-saat kebersamaan kita. Kucoba menghapus sosokmu dari hati dan pikiranku. Tapi itu sulit Daffa. Aku semakin hancur ketika kudengar kabar, telah ada pengganti aku dihatimu. Kau tahu, aku sengaja ikut di acara ini, hanya untuk melihatmu. Selama ini, ku terus mencoba mengetahui kabarmu dari Bams. Dan sekarang adalah waktunya aku mengungkapkan semuanya. Mungkin aku terlalu egois untuk memilikimu."  Ungkap Fika dengan lirih dan wajah penuh penyesalan

Aku hanya diam membisu. melihat kesaksian Fika terhadapku
"Maaf dulu aku terlalu egois, dengan kesibukanku" Ungkap Fika dengan mata berkaca-kaca
Malam itu hanya gemuruh ombak, dan angin yang menyaksikan hal itu selain aku.


Keesokan harinya, kami menuju pantai. Untuk mersenang-senang. Semuanya tengah asik menikmati nuansa pantai nan elok dibumbui oleh senda gurai yang asik. Kamu mengajakku  ke jembatan kayu yang berada tak jauh dari tempat kami.
"Temenin aku ke jembatan itu Daf. Sepertinya asik ngeliat laut disana" Pintamu dengan manja
Aku dan kamupun menuju kejembatan itu, sambil meraih tanganku. Kita berjalan bersama.

"Daf, kamu merasa nggak hubungan kita sudah lama. Banyak rintangan yang telah kita lewati." Ungkapmu
"Iya, sepertinya baru kemarin" Jawabku
"Kamu tahu Daf, perasaanku padamu sudah terlalu kuat. dan perlu kamu tahu aku selalu sayang sama kamu. Yah meskipun kamu kadang kamu menyebalkan." Ejekmu
"Apakah kamu masih tetap menggandeng tanganku seperti ini yah nanti.?" Tanyamu sambil tersenyum khasmu.
Aku hanya tersenyum dengan segala tuturmu.

Sudah cukup bersenang-senang di pantai. Kami semuapun kembali ke pondokan. Kami melakukan aktivitas masing-masing, sesekali kulihat Fika mencoba mencari perhatianku. Mulai dari urusan membetulkan sesuatu, meminta tolong dan lain sebagainya. Aku tahu maksud itu. Dan kamu tengah asik berbincang dengan teman-temanku. Hingga pada sore haripun tiba.

Kudengar hapeku berdering. Suara sms dari Fika yang memintaku ke pantai
"Daf, aku mau bicara denganmu. Aku tunggu dipantai" bunyi sms darinya
Ku langsung beranjak, dan menuju ke pantai. Kulihat sosok Fika yang telah menunggu. Aku mendekatinya. Tiba-tiba dia memelukku dan berkata
"Kumohon, kembalilah padaku, tinggalkan Hana" Katanya sambil terisak.
Badanku kaku sejenak, dan berusaha melepaskan pelukannya. Dan seketika itupula kulihat kamu yang dengan tatapan tak percaya melihat aku dan Fika. Kamu menghampiri kami, dan menatap tajam kearahku.

Aku tak pernah melihatmu sesedih ini, dan seketika berlari pergi meninggalkan aku dan Fika. Aku tak menyusulmu. Yah., kamu menungguku pulang dengan tatapan marah. Meminta penjelasan kepadaku. Aku yang sudah cukup lelah tak ingin meladeni kemarahanmu.
"Ada hubungan apa kamu sama Fika? Kau suka sama dia?. Jawab Daffa..!!" Tanyamu
"Aku baru nyadar sikap cuek dan dinginmu akhir-akhir ini, karena itu. Daff apa kamu ngerti dengan perasaanku. Yeah, aku terlalu bodoh.!!. Kamu memang punya perasaan dengan Fika. Jujur Daffa!!" ujarmu sambil dengan hati yang masih marah

Telingaku lelah dengan ocehanmu hingga tanpa sadar aku melontarkan kata-kata yang benar-benar menyakitkanmu
"Yeah, aku memang masih punya sedikit perasaan sama Fika.!! Kau tau sikapmu yang kekanakan dan selalu ingin mengikuti segala apa yang aku lakukan buat aku muak dan lelah!!" benatakku

Teman-teman yang lain berusaha tak turut mencampuri masalahku denganmu. Dengan mencari aktivitas lain. Dan seketika kamu terdiam dengan isak tangis yang semakin menjadi.
"Kamu membela dia"
Kamu beranjak pergi meninggalkanku.
Aku masih tetap di tempatku berusaha menenangkan fikiran dan menyesal akan perkataanku.

Keesokan harinya, di pagi-pagi buta ketika mentari masih setengah menampakkan dirinya. Kulihat dirimu sudah terbangun, dengan pakaian rapi dan tas yang sepertinya kamu akan balik. Kamu tersenyum manis menyapaku seolah mengabaikan semua kejadian semalam.
"Selamat pagi Daffa ku" Ujarmu penuh semangat.
"Tidurmu nyenyak? Kamu lapar?" tanyamu sambil merapikan beberapa perlengkapanmu
"Aku sudah masak masakan favorit kamu." ujarmu

Tiba-tiba Dina temanku menghampiri menanyakan perihal kamu yang sangat terburu-buru untuk balik.
"Cepat bener kamu pulang Han. Sore loh kita balik" uja Dina
"Maaf Din, aku dapat panggilan dari orang rumah kalau ada hal penting yang harus diselesaiin." Jawabmu
"Jadi nggak bareng kita?" Ujar Dina
"Iya nih, sorry yah" Jawabmu
Aku hanya berdiri melihatmu ang tengah sibuk. tanpa mengucapkan kata-kata.
Hingga mobil rental yang kamu panggil telah datang. Aku tak mengucapkan sepatah katapun
Nampak Fika dengan wajah yang menyesal antara segan dan enggan untuk menampakkan wajahnya.
Kamu pamit, dan mendekatiku untuk mengucapkan salam perpisahan
"Jaga dirimu Daff, cepat pulang yah. Pasti nanti aku rindu. Hehehehe." Katamu sambil terenyum padaku.
Kamu pun berangkat pergi dengan mobil itu, perlahan-laha mobil itu menghilang dari mata kami.
Ada rasa menyesal, aku tak mengutarakan sepatah katapun padamu. Ya sudahlah

Fika nampak mendekatiku., meminta maaf atas kejadian yang kurang mengenakkan semalam. Aku menjelaskan untuk tidak terlalu memikirkannya

Aku beranjak dari halaman menuju kamar. Ada perasaan mengganjal didalam hatiku. Entah apa itu, hatiku terasa sesak. Kucoba baringkan diriku ke tempat tidur untuk menghilangkan sesak.

Tak lama ketika kamu pamit pulang, terdengar kabar darimu bahwa kamu mengalami kecelakaan fatal. Mobil yang kamu tumpangi menabrak pembatas jalan hingga nyaris jatuh ke jurang.

Mendengar kabar itu, tubuhku tersungkur lemas, kosong melompong, fikiranku tak karuan akan kondisimu. Ku bergegas kelokasi dimana kecelakaan itu terjadi ditemani beberapa temanku. Dalam kondisi masih syok, aku berusaha berpikir positif jika dirimu masih bisa ditolong.

"Ya Tuhan, inikah jawaban atas firasatku tadi. Tidak, tidak. Semoga kamu selamat hana" ucapku dalam hati.

Kami tiba di lokasi kejadian. Nampak beberapa orang menyaksikan serta beberapa polisi yang mencoba mengidentifikasi korban. Ku berusaha mendekati dengan lebih dekat tempat itu, berusaha mendapatkan informasi tentangmu. Nampak seorang polisi mendekatiku, mengatakan bahwa kamu sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Ku bergegas menuju rumah sakit tempatmu dibawa tampa memerdulikan teman-teman yang lain.
Andai saja, aku bisa lebih peka kalau itu salam perpisahanmu yang terakhir, andai saja ku tak membiarkanmu pulang, andai saja aku tak mengatakan semua itu tadi malam. Mungkin semuanya tidak akan terjadi hana. Itulah kalimat yang selalu ada dibenakku saat ini. Menyesal, sungguh aku menyesal..

Tiba di rumah sakit, ku segera menuju ke UGD, ku mencari dirimu. Nampak sosokmu dengan beberapa luka parah di sekujur tubuhmu. Kamu sedang ditangani sseorang dokter dan beberapa suster. Kamu dalam kondisi tak sadarkan diri. Badanmu nampak lebam akibat benturan benda kerass.. Kulihat dirimu yang tak bergerak, senyuman yang biasa menghiasi bibirmu, tak lagi kulihat saat ini. Aku meneteskan air mata, dan memohon agar dokter mampu menyelamatkanmu. Namun apa dikata, dokter tersebut mengatakan, kamu sedang koma, dan rumah sakit ini tidak cukup memiliki fasilitas untuk operasi, harus segera dibawa kerumah sakit kota. Kamu memiliki cedera parah di kepala, kata dokter tersebut. Sehingga kesempatan hidup sangat kecil. Nampak juga tiba keluargamu dengan ekspresi syok akan kondisimu. Ibumu tak henti-henti menangis dan ayahmu berusaha menenangkan dan pasrah akan kondisimu. Kamu segera dirujuk ke ruma sakit kota, untuk dioperasi.

Namun, ajal berkata lain. Kamu menghembuskan nafas terakhirmu. Waktu seakan berhenti seketika, tubuhku lemas, kaki tak mampu lagi berdiri, pikiranku kosong akibat kejadian ini. Seakan ada yang hilang dari diriku, sesuatu yang amat sangat penting. Separuh diriku telah pergi. Aku tak mampu lagi membendung air mataku. Bukan hanya aku, keluargamu pun begitu. AKu mendekatimu, yang sudah tak bernyawa berharap kamu bernafas lagi. Tapi itu tak mungkin lagi.


Dua hari setelah kematianmu, hatiku masih berkabung, diliputi rasa menyesal, dan kehilangan. Tak ada semangat hidup, pekerjaan terbengkalai. Ku mencoba meraih tasku, mencari cincin pemberianmu. Terdapat sepucuk surat yang bertuliskan "Dear My Daffa". Itu surat darimu, entah sejak kapan surat itu ada ditasku. Memang, aku tak pernah menyentuh tas ini, selama kejadian itu. Aku membuka dengan dilingkupi rasa penasaran.

"Dear My Daffa"
"Maaf jika sikapku terlalu membuatmu tertekan, itu karena rasa sayangku begitu dalam padamu. Entahlah jika tanpa sadar aku membuatmu tertekan. Makasih sudah menemani 5 tahun terakhir. Ketika aku pulang, jangan lupa memeriksa semua bawaanmu. Kamu tahu kan kamu itu pelupa, jadi aku harus selalu mengingatkanmu. Hehehehe. Ketika malam itu, aku ingin memberikan kejutan untukmu. Kau tahu, kalau hari ini tepat 5 tahun 3 bulan kita bersama. Dan seperti biasanya, kita selalu merayakannya. Aku selalu mengingatkanmu dahulu, mengingat kamu yang selalu lupa. Tapi tak apalah, Aku berharap semoga kita selalu bersama dalam keadaan apapun. Daf, aku selalu mencintaimu, berharap kita akan bersama selamanya, mengayuh biduk rumah tangga bersama, hingga hanya mampu dipisahkan oleh ajal."

"Love U always"

Hana

Ku genggam erat surat itu, ku tertunduk dan tanpa kusadari air mataku jatuh. Masih ada perasaan tak percaya akan kehilanganmu. Rasa kehilangan yang baru aku sadari bahwa sebenarnya aku begitu sayang padamu. Aku yang egois, aku yang tak pernah memerdulikan perasaanmu. Kamu yang begitu setia, perhatian, dan begitu menyayangiku, bagaimana mungkin aku membalasmu dengan cara seperti ini. Hana, kamu begitu banyak menaruh kenangan di setiap lembaran hidupku. Lima tahun bersamamu, sudah cukup banya menorehkan kisah bersama. Aku yang diliputi rasa ego yang tinggi, sehingga tidak mampu melihat hatimu, dan perjuanganmu saat ini. Bahkan menyesalpun tak ada gunanya saat ini. Kau telah tiada, dengan begitu banyak kenangan kau lukis.

"Hana, meskipun antara aku dan kau dalam dunia yang berbeda. Tak ada spasi yang dapat membuat jarak antara kita. Karena lantunan doa yang senantiasa kupanjatkan adalah jembatan aku untuk merasa selalu dekat denganmu"

Kadang, perasaan kehilangan itu datang disaat orang itu tak ada lagi untuk kita. Ketika penyesalan tak ada artinya lagi, ketika kata "Jika" dan "Andai" menjadi begitu sering diucapkan..










Sunday, September 27, 2015

Ms.Bling-Bling

Posted by Ulfi_Adelia at 4:57 AM 0 comments
Di kamar yang penuh dengan hiasan bling-bling dengan warna cat tembok full color hiasan jendela yang cukup silau jika terpancar matahari., cika mulai menyiapkan diri untuk ke kampus. Diambilnya selembar kaos pink yang terkesan "Jreeng"menurut kaum fashion konservatif kemudian dipadukannya jeans hitam gombrang.
"Sepertinya sudah oke, eeehmm sisa aksesoris gelangnya"guman cika sambil mencari gelang-gelang pink yang sesuai dengan apa yang dikenakannya.

Ini adalah hari pertama untuk tahun ajaran baru di kampus bagi cika yang sudah dua bulan libur. Yang bagi cika, itu adalah waktu yang cukup lama tanpa beraktivitas di kampus. Selain karena penerimaan mahasiswa baru ditambah dengan liburan Ramadhan. Jadi bertambah lama pula liburnya.
"Lama bener kamu dandan cika.. ayoo cepat, kakak kamu sudah nunggu." Kata mama yang tiba-tiba masuk"
"Yang sabar ma.. Cika masih dandan nie.Suruh saja kakak duluan kalau lagi terburu-buru. Biar cika telpon nina untuk jemput" Kata cika sambil merapikan jilbabnya.
"Kamu, mau ke kampus saja, dandanmu seperti kondangan saja. Mama suruh kakak duluan yah."
"Iya ma.."
Cika meraih hapenya untuk nelpon nina, sahabat nya.
"Assalamualaikum nin, kamu dimana? dah dikampus apa blom?" tanya cika
"Aku masih dirumah. Knp? mau dijemput?" Jawab nina
"Heheeh. tau aja. Jemput aku yah dirumah. kita kan bestfriend" pinta cika
"Oke, Miss Bling Bling" ejek nina dengan julukan populer cika di kampus

30 menit cika menunggu di depan televisi, tiba-tiba bunyi klakson motor terdengar dari luar. Suara klakson yang tak asing lagi bagi cika. Cika segera menuju keluar. Diluar ada nina yang sedang menunggu di motor metiknya berwarna merah hitam.
"Yuk kita cabutt" kata nina
"Iya nin, aku pamit dulu ke mama yah" kata cika
"Nggak pake lama yah" kata nina.
"Oke-oke bu nina" guman cika.
Cika mencari mamanya yang masih sibuk di dapur untuk pamit.
"Mah, cika pamit yah. Assalamualaikum" pamit cika sambil nyium tangan mamanya.
"Hati-hati nak. Waalaikumusalam" kata mama

Cika dan nina pun tiba dikampus. di kampus ada beberapa teman mereka yang sudah datang. Hari ini adalah dimana proses belajar-mengajar masih belum aktif. Masih masa penyambutan buat maba tahun ini.
"Hai cika, nina" sapa Sarah
"Selamat pagi miss bling bling" Sapa riko sambil mengejek julukan cika.
"Hai Sarah.!! balas cika dan nina
"Apaan sih kamu riko" balas cika
"Sejak kapan kalian datang? rajin amat ke kampus" tanya cika
"Iyalah, kan nyambut maba, siapa tau ada yang kecantol. dari tadi miss bling bling" jawab riko.
"Eeehmm maunya.. Yang lain pada kemana?" tanya cika
"Tuh lagi nonton penyambutan maba" ujar riko
"Nina,Sarah sana yukk" Ajak cika
 Lah trus aku gimana?" tanya riko
"Disini aja kamu, melototin cewek" ejek cika
"Iya. Hahahaha" balas nina dan Sarah

Mereka pun menuju ke kumpulan teman yang lainnya untuk bergabung meihat penyambutan mahasiswa baru yang siap dikader nanti. Dalam ruangan itu, ada Rian yang sedang berbicara di depan banyak maba fakultas teknik. Di fakultas ini memang dimayoritasi oleh kaum adam dibanding kaum hawa.Maka tak heran jika "Kaum Hawa" termasuk barang langka di fakultas ini. Hanya di jurusan cika lah yang jumlah kaum hawanya lumayan yaitu arsitektur. Di fakultas inipun sangat disiplin dari urusan tugas-tugas, sampe dandanan pun diatur, apalagi bagi perempuan yang masih berbau "Maba" kalau dandan berlebih saja, tunggu aja dihadang sama senior cewek yang ngasih tau kalau nie fakultas bukan fakultas fashion. Hal sama juga yang pernah dialami cika yang memang gemar dandan bling-bling. tapi cika ngotot tetap dengan penampilannya yang kerlap-kerlip sampe si senior-seniornya nyerah juga negur cika. Alhasil cika pun mendapat predikat "Miss Bling Bling" di kampus.

"Cika.. tuh ada senior idola kamu lagi bicara di depan" Ujar Nina..
"Iya., mata gue langsung adem liatnya nin. Sumpahh kak rian tuh aura karismatiknya bikin hati aku meleleh" kata cika
"hhuffhh penggemar yang tak dianggap" ejek Sarah
"Biarin, yang penting bisa ngeliat wajah kak rian, bikin nie kampus jadi adem" ujar cika
"Kamu siih, coba deh lancarkan pedekatemu sama dia. Jangan cuman jadi punuk merindukan bulan dong cika" Kata nina
"Aku malu nin. Kamu liat aja dia banyak yang deketin. Bukan hanya di fakultas ini, fakultas lain juga pada ngincar dia dengan berbagai trik pedekate yang jitu. Nah aku?" ujar cika dengan pasrah
"Ya udah, mungkin memang takdirmu cuman jadi penggemar rahasia doang" ujar Sarah
"Kamu ngejek aku yah" kata cika dengan wajah sedikit menjengkelkannya ke Sarah

Rian adalah senior cika di kampus, mahasiswa tingkat akhir yang masih sibuk dengan studi akhirnya serta masih aktif di lembaga-lembaga internal dan eksternal kampus. Cukup ganteng dari segi wajah,
dengan postur tubuh yang tinggi,dan tegap, kulit sawo matang bersih. Tampak berwibawa, ramah, baik, tenang, dengan kecerdasan diatas rata-rata, serta memegang peranan penting di beberapa lembaga kampus. Itulah sosok Rian versi cika dan gadis-gadis yang mengaguminya tentunya.

Siang berganti senja. berarti matahari hendak kembali ke peristirahatannya. Cika pun kembali pulang kerumahnya bersama dengan nina.
"Cik., aku nginap yah dirumah kamu, Orang dirumah pada ke kampung, ada acara keluarga. Malas sendiri dirumah. Nginap yah" minta nina
"Oke bos. apa sih yang nggak buat bestfriend" ujar cika
"Habis magrib aku kerumah kamu" kata nina
Cika pun tiba di rumah
"Assalamualaikum" salam cika
"Sudah pulang, ganti baju cepat sana, trus sholat" ujar mama
"Iya mamaku sayang" ujar cika
Jam 7 lewat seperempat. Nina datang membawa dirinya dan beberapa perlengkapannya, yang cukup simpel untuk ukuran cewek. Maklum nina sosok yang jauh berbeda dengan cika yang girly. Nina dengan pembawaan yang sedikit tomboy, dengan ransel di punggungnya, sepatu converse, kemeja kotak-kotak atau kaos panjang oblong dan jeans panjang. yang menjadi gaya andalannya. Dua sosok sahabat yang jauh berbeda karakter dan penampilan.
"Aku kalau masuk nih kamar, mata jadi silau cik" Kata nina
"Baguslah, jadi mata kamu jadi segar. Hahahaaha" ujar cika
"Huuftt semester baru, dan tumpukan tugas yang baru juga nantinya. Perlu persiapan amunisi nih cik. Hahahaha" kata nina
"Iya tapi tak apalah yang penting di kampus masih bisa liat tuh idola aku" Ujar cika dengan genitnya
"Kak rian lagi, kak rian lagi. Kayaknya di otak kamu tuh sudah bersemayan sosknya kak rian" ejek nina
"Gitulah nin, eehh aku mo nanya kalau diliat-liat dari tipikal kak rian, dia itu tertarik sama cewek gimana sih?. Kamu kanpaling ahli dalam masalah ini nin." Puji cika
"Yah tentu saja sama cewek yang nggak norak sepertimu. Yang sederhana, feminim, dan cerdas seperti dia.Hahahaaha..:Jawab nina
"Eeehhmm sepertinya. Aku jadi minder. liat aja nin berapa banyak yang dah deketin lebih oke daripada aku tapi tidak ada yang ampuh. Dari senior, anak kampus laen, anak fakultas laen. Heran aja. Apa dah ada yang punya yah?? Ujar cika
"Ahh nggak mungkin, teman-temannya bilang dia mah masih single alias jomblo. Gitu aja mungkin orangnya. Milih-milih cewek" Jawab Nina.
"Jadi aku harus apa dong" tanya cika
"Ubah tuh penampilan ngejreng kamu, aku saja aneh liatnya apalagi cowok idaman kamu ituh" Ujar nina
"Ah, nggak mau ahh. Harus terima aku apa adanya" Jawab cika
"Hahahahah. Yang sabar yah." Ejek nina.

Hari-demi haripun telah berlalu, cika larut dengan kesibukan kuliah dan aktivitas organisasi yang padat. Dengan tumpukan tugas-tugas, kertas, pulpen, penggaris, coreldraw, Arcgis, dan sejenisnya.
Hingga pada suatu waktu cika dihadapkan dalam sebuah aktivitas yang mengharuskan dia intens bertemu dengan si pujaan hatinya Rian. Bersama dengan teman angkatannya dan tentunya sahabat-sahabatnya nina dan Sarah.
"Kesempatan memang tidak pernah hilang, justru datang sendirinya. Aku punya kesempatan dekat sama kak rian. Bayangin kan." Ujar cika dengan sumringah.
"Iya, kesempatan cik buat kamu. pedekate. Jangan dilewatkan" ujar Sarah.
"Bagus juga dia jadi ketua kegiatan pameran arsitektur ini. Jadi bisa berlama-lama natap tuh wajah" Kata cika
"Semangat ngejar cinta idola. Hahahaha" ejek nina
"Teruskan perjuangan cintamu kawan" Support Sarah

Ini adalah sebuah keuntungan buat cika melakukan aksi pendekatan dengan Rian sang pujaan hati. Cika jadi lebih bertanggung jawab dengan kegiatan, rajin mengikuti  rapat kegiatan, penggalangan dana, sampe urusan kecilpun yang melibatkan Rian pasti disikatnya. Hanya untuk mendapatkan perhatian si senoirnya itu. Sahabt-sahabatnya pun dibuat keheranan dengan sikap cika yang berubah drastis yaitu "Mendadak aktif di kegiatan lembaga" Hingga kegiatan itupun selesai. Hingga suatu hari Rian menyapa terlebih dahulu Cika dengan ramah. Hal yang tak biasa dilakukan oleh seniornya itu terhadap perempuan.
"Hai cika, gimana kabar kamu? Sombong amat sih" Ujar kak Rian
"Hai kak, baik kak. Aku nggak sombong kok kak" Jawab cika dengan perasaan deg degan.
"Punya waktu nggak hari minggu, ada seminar di Auditorium. Mau ikut? Ajak Rian
"Hah??? Minggu., ada kak. Iya aku mau kak." Dengan sedikit kikuk cika menjawab dengan rona pipi yang mulai memerah.
"Kita ketemuan disana yah, jam 8. Makasih cika." kata Rian dengan wajahnya yang berseri

Sejenak Cika berdiri kikuk, tak menyangka barusan Rian mengajaknya. Hingga panggilan sahabat-sahabatnyapun diacuhkannya. Ada guratan malu-malu, senang, serta rona pipih yang memerah di wajah cika.
"Hei, kamu tuh dipanggil nggak nyahut-nyahut." Sahut nina
"Iya nih. apaan sih.?Seneng banget" tanya Sarah
"Hehehe eehh sorry sorry. Kalian tau nggak, Kak rian ngajak aku ke seminar berdua!!!" Kata cika dengan gembira.
"Wah wah ada perkembangan nih." Jawab Sarah
"Bagus bagus. Lanjutkan. Hahahaha" ujar Nina
"Sar, bantu aku yah dandan yang simple tapi girly. Kamu kan ahlinya" ujar Cika
"Jadi kmu mau ninggalin gaya bling-bling kamu.?" tanya Nina
"Ya iyalah Nin. Masa' aku harus dandan kayak tante-tante." Ujar Cika
"Lahh baru nyadar" ejek Nina
"Oke-oke miss bling-bling" Jawab Sarah
"Makasih sayang-sayang" Ujar Cika dengan Bahagia.

Hari minggu, Cika pergi dengan gaya sederhana namun terlihat feminin, jauh dari kata "ngejreng" yang biasa di dirinya. Dan pada hari itu, predikat "Miss Bling-Bling" terlepas dari dirinya.
Hingga orang-orang dirumahnya pun dibuat heran dengan gaya barunya.
Sesampai di tempat, tampak Rian sudah menunggu.Dengan jarak 70 meter Cika sudah mampu mengenal sosok pujaan hatinya. Dengan setelan kemeja hitam khas anak teknik dan jeans hitam. Hati Cika berdebar dengan kencang, hingga tangannya pun berkeringat. Rian sudah terenyum menatapnya. Mereka memasuki ruangan auditorium. Tampak suasana auditurium dipenuhi orang-orang yang hendak menonton seminar Arsitektur yang dibawakan oleh salah satu arsitek terkenal Indonesia dan tokoh arsitek luar negeri. Beberapa saat mereka berbincang hanya sekedar basa basi untuk menghangatkan suasana yang kikuk karena Cika yang terlalu malu dan deg-degan sehingga ingin batuk saja susah.
"Gaya bling-bling kamu mana cika? Biasanya dengan gaya itu.Hehehehe" Ujar Rian
"Dah bosan kak dengan gaya tuh, coba yang simple aja. "Jawab Cika dengan malu-malu
"Padahal unik loh." Jawab Rian
"Hehehe. Iya kak" Balas Cika
"Eehh., kamu sama-sama terus yah sama geng kamu" celoteh Rian
"Kadang-kadang juga nggak bareng kak. Kalau ada kesibukan masing-masing" Jawab Cika
"Ooh gitu yahh. Biasanya cuman Sarah dan Nina yang sering aku liat, karena sering aktif di lembaga" ujar Rian
"Oohh Sarah dan Nina  kak. Iya emang dia gitu kak.." Jawab Cika
"Trus kamu? gimana?. Habis ini kita lunch bareng yah. ujar Rian
"Hehehe tergantung moodnya kak, kalau lagi mau sibuk di lembaga. iya kak" jawab Cika malu-malu

Acaranya pun selesai. Mereka kemudian menuju salah satu resto yang cukup favorit dikalangan muda. Tempatnya sangat cozy dengan nuansa "Romantic". Penataan ruangan yang nyaman dan hiasan-hiasan yang cantik. Siapapun cewek yang lagi proses pedekate dibawa kesini, pasti akan mengira bakalan ditembak sama si cowok. Begitu pula dengan perkiraan Cika, yang berfikir akan ditembak di resto ini.
Jantung Cika masih berdegup kencang, tambah kencang tak seperti sebelumnya. Pipihnya pun sudah merona merah tanda tersipu malu. Pikirannya sampe hilang konsentrasi hingga nyaris menabrak tembok tepat di depannya karena terus menunduk. Rian memilih meja tepat disamping jendela dan dibelakangnya dihiasi bunga-bunga. Cukup memperkuat dugaan cika. Merekapun duduk dan tampak terlihat kikuk sama sekali. Sesekali memandang keluar jendela untuk menghindari deg-degan agar tak terlalu nampak.
Rian memulai dengan pembicaraan, dengan diawali batuk kecil sebagai aba-aba "Sudah cukup malu-malunya, mari kita bercakap"
Rian banyak menanyakan hal tentang Cika. baik itu seputar mata kuliah, dosen-dosen killer, hubungan pertemanannya, aktivitas hariannya, hingga keluarganya. Percakapan itu berlangsung dengan santai dengan sesekali candaan satu sama lain. Hingga Rian mengutarakan sesuatu. Dengan serius dan memandangi cika dengan tajam, membuat cika jadi salah tingkah.
"Cika., menurut dek, kak gimana sih?" tanya Rian
"Menurut aku kakak baik kok, cerdas, dan ramah" kata Cika malu-malu.
"Ooh gitu" guman Rian
"Iya kak," ujar Cika.
Wajah Cika seketika memerah, dan fikiran jika "Kak Rian bakalan nembak dirinya" makin menjadi-jadi. Dilihat dari sorot mata idolanya itu menatap Cika yang tajam.
"Gini Cika, sebenarnya eehh... sebenarnya" ucap Rian

Dalam hati Cika terus berguman "Ayo kak, utarakan, aku pasti bilang iya!!"
"Sebenarnya apa kak?" tanya cika
"Eehhmm sebenarnya kakak suka de.. dengan.." ujar Rian malu-malu
"Siapa kak?" tanya Cika
"...SARAH.." kata Rian dengan deg-degan
Seketika hati Cika jadi kaku sekaku batu., kakinya sulit bergerak. bibirnya tak mampu berkata apapun. Apa dipikirkannya jauh dari kenyataan. Ternyata Sang Idolanya menyukai sahabatnya sendiri yaitu Sarah.
"Sebenarnya, kakak sudah lama suka dengan temanmu Cika, tapi kak Rian nggak tau harus mulai dari mana deketinnya. Cika orang yang dekat dengan Sarah, dan kakak liat orangnya supel. Jadi kakak pikir, mungkin cika bisa bantuin kakak. Bisakan?" ujar Rian
"Ehh.. Iy.iya kak" jawab Cika dengan kaku dan sedikit jutek
"Hehehe makasih Cika yang cantik" puji Rian
Makanan pun sudah datang.. Tapi nafsu makan cika sudah hilang, makanan itu serasa sudah tak mampu masuk di tenggorokan cika akibat penuturan Rian yang bagaikan sambaran petir buat hatinya. Cika serasa ingin segera beranjak dari tempat itu, menangis sejadi-jadinya dikamar, menyesal atas rasa pedenya yang terlalu tinggi. Menghapus jejak sang idola dalam hati.
Dan terlebih menyakitkan dia harus menjadi mak comblang antara sahabat dan pujaan hatinya..



SELAMAT MEMBACA ^0^






Saturday, September 26, 2015

Jarak

Posted by Ulfi_Adelia at 10:12 PM 0 comments
Ada rindu yang tertitip, ada cinta yang terjaga

Ada curiga yang terpendam, ada hati yang bertahan

Ada setia yang teruji, ada cemburu yang terlintas

Nuansa yang dihadirkan oleh sebuah jarak

Jarak aku dan kamu

Jarak tak berarti jurang pemisah sebuah hubungan

Yang akan menjadikan kita menjadi aku dan kau

Tapi sebuah tantangan untuk kita lewati

Kadang, kita butuh jarak untuk saling melihat

Melihat seberapa sungguh kita dalam cinta

Seberapa kuat hati kita tuk bertahan

Hingga pada saatnya tiba

Akan hadir cinta yang kokoh

Yang selalu tetap rindang untuk ditempati






Waiting for Certainty

Posted by Ulfi_Adelia at 9:50 PM 0 comments
Menunggu dirimu itu
Tak seperti menunggu kereta di stasiun
Yang mungkin hanya membutuhkan beberapa jam
Menunggu dirimu itu
Tak seperti menunggu hujan
Yang mungkin hanya membutuhkan beberapa bulan

Telah lama kuberdiri disini..
Tak selangkahpun ku meninggalkan tempat ini
Masih dengan rona senyum yang menghiasi..
Hujan berganti kemarau,.
Siang berganti malam
Hati tak merasa lelah untuk menunggu
Tubuh tak sedetikpun mengeluh akan letihnya menunggu

Kamu..
Entah dirimu sadar ataupun tidak akan penantianku
Entah dirimu telah mampu memandangku
Memandang betapa kerasnya kuberjuang disini
Dirimu yang masih mengacuhkanku
Arahkanlah kedua mata itu kepadaku

Aku disini dengan sejuta harapan yang menggelantung
Hingga mengepul diatas awan-awan yang disinari sang senja yang menghangatkan
Akan dirimu dan aku hingga menjadi kita
Kadang terasa sesak di dada
Kadang terasa sakit
Kadang terbesit untuk ku beranjak dari tempat ini
Hingga kau sadar akan itu
Atau lebih baik kau tak sadar akan itu
Hingga tak ada perih yang terlalu menyakitkan
Hingga diriku saja yang tahu ku menunggu

Dan ketika hal itu akan terjadi
Diriku tak mampu lagi kembali dengan harapan tentangmu
Harapan yang telah berhembus bersama angin
Hingga menjadi kepingan-kepingan kenangan pahit
Yang hanya cukup untuk dikenang, tidak untuk kembali





>

Wednesday, September 30, 2015

Spasi

Posted by Ulfi_Adelia at 7:27 AM 0 comments
Ku kembali terbangun dari tidur, ketika mimpi itu kembali mengunjungi alam bawah sadarku. Kulihat arah jarum jam yang menunjuk ke arah angka 2. Ini sudah seperempat malam, aku terbangun dengan mimpi yang sama. Hanya bedanya dalam mimpi tersebut, kulihat dirimu tergurat senyum tipis memandangku. Tidak lagi dengan wajah sendumu. Entah apa arti semua itu,. Untuk kesekian kalinya aku memimpikanmu di sebuah tempat entah dimana letaknya. Terlihat samar-samar seolah-olah dirimu menuntunku, memegang tanganku, menuju ketempat itu. Ku beranjak dari tempat tidurku, menuju dapur. Hendak mengambil segelas air. Mataku tertuju pada note-note yang kamu tulis dulu di setiap dinding-dinding dan meja, sebagai pengingat. "Jangan lupa bersihkan mejanya" begitu bunyinya. Ada banyak kenangan yang kau simpan di rumahku ini.

Ku beranjak dari dapur menuju ruang kerjaku yang terletak tepat di sebelah kamar. Aku duduk sejenak dengan nuansa malam yang makin pekat dan bunyi-bunyi serangga, entah apa namanya. Mencoba meraih sebuah buku tebal desain vintage dengan hiasan floral, desain kesukaanmu, dan buku ini memang hasil karyamu. Membuka setiap lembar dari buku itu, yang berisi setiap momen-momen kebersamaan kita dahulu dengan kata-kata, waktu terjadinya momen itu. Aku tersenyum jika melihat ini sayang. Sudah setengah tahun kamu pergi dan tak kembali di dunia ini. Dan setengah tahun pula ku diliputi rasa penyesalan, hingga hingga saat ini, aku tak bisa melupakanmu dan tak berhenti mencintaimu. Mataku mulai berkaca, menatap semua kenangan yang kau simpan di buku ini. Jika waktu bisa kuputar, Jika waktu itu aku menghentikanmu, Jika.. Ahh Aku menyesal..

Saat itu, ketika acara reuni angkatan itu, acara yang membuat kita bertengkar, acara yang untuk terakhir kalinya aku melihatmu.

Ketika aku dan teman angkatanku di kampus mengadakan reuni di sebuah pondokan sekitaran pantai Kencana. Ini adalah pertama kalinya aku dan teman-temanku reuni setelah 6 tahun tak bertemu karena sejumlah aktifitas dan kerja. Aku hendak tak mengajakmu ikut, karena tak mau kau merepotkanku, disamping itu pasti teman-temanku akan mengejekku. Namun kamu dengan ngototnya mau ikut denganku. Agak sedikit terpaksa kala itu, aku membawamu. Kamu yang cukup cerewet, sesumbar, periang memang selalu mengikuti ku, mengetahu setiap aktivitasku, dengan siapa aku, dan lain sebagainya. Dan kadang kejenuhan mulai menghinggapi. Aku ingin sendiri.

Kami berangkat tepat pukul 10 pagi. 10 laki-laki, dan 5 perempuan ditambah kamu menjadi 6 perempuan. Semuanya temanku, kecuali 1 seorang perempuan yang tak lain adalah Fika sepupu temanku Bams. Aku pernah mencintai Fika dan menjalin hubungan dengannya beberapa bulan semasa aku di kampus. Kami putus karena berbeda paham, dan kamu tak tahu itu. Kamu penuh semangat berangkat bersama kami, dan tak sungkan menyapa teman-temanku sambil memperkenalkan diri kalau kamu adalah kekasih aku. Beberapa mengejek diriku. Fika pun menyapa aku dan kamu sambil tersenyum menatapku.

Kami tiba di tempat tujuan. Butuh 2 jam kami agar sampai ketempat tujuan. Syukurlah kala itu, kami tiba di tempat tujuan dengan selamat. Kamu masih tetap semangat, tak henti-hentinya mengurusku.
Sejenak kami semua beristirahat. Hanya aku dan fika yang tidak istirahat saat itu, dan itu secara tak sengaja. Fika perlahan ingin membuka pembicaraan denganku.

"Kabar kakak gimana?" tanya Fika
"Baik fik" Jawabku singkat
"Eeehhmm... eehhmm.. itu pacar kakak?" tanya fika lagi
"Iya, sudah 5 tahun" Jawabku dengan datar
"Orangnya periang yah, cantik juga. Sibuk apa kak sekarang?" tanya Fika lagi
"Yah begitulah, dia sangat bersemangat dan baik pada semua orang. Kerja fik, di salah satu perusahaan IT. Kamu?" Aku mencoba menanyakan balik.
"Eehmm aku sekarang sibuk kerja di salah satu maskapai penerbangan swasta. Dan sekarang ngambil cuti aku". Jawabnya.

Kami berbincang banyak hal mulai dari aktivitas keseharian, hubungan dengan pasangan masing-masing dan lain sebagainya. Tiba-tiba suara salah satu temanku terdengar memanggil dan mengagetkanku dan Fika. Nampak kamu yang baru terbangun juga menghampiriku.

"Kamu nggak istirahat?" Kamu bertanya dengan wajah yang masih kusap karena lelah
"Iya, aku nggak bisa tidur. Nyenyak tidurnya? Tanyaku
"Hehehe.. iya sweetheart" Jawabmu manja

Fika beranjak dari tempatnya, cukup mengerti akan kondisi, dimana kamu ada dekatku.

"Jadi bentar malam kita acara apa?" Tanyamu dengan semangat
"Mungkin hanya sekedar makan, menyantap ikan bakar bersama." Jawabku datar
"Wah asik., nanti aku bantu bakar yah. Pasti kamu suka" Ujarmu senang
Aku membalas pintamu dengan senyuman tipis. Kamu beranjak dari tempatmu.

Malampun tiba, angin terasa sepoi-sepoi di malam hari. Suara ombak dari pantai nampak terdengar dari pondokan kami menginap. Acarapun dimulai, kami sibuk menyajikan makanan. Kamu dengan semangatnya membantu yang lainnya membakar ikan. Sedangkan aku dan teman-temanku menghabiskan waktu mengobrol bersama, bercanda gurau, mengenang masa kuliah kita. Hingga saat itu, aku mulai menepi, untuk sendiri. Kulihat dirimu masih tengah asik dengan yang lain. Nampak kamu terlihat akrab dengan yang lainnya. Aku menuju pantai dengan sendiri, hendak mencari angin, menyusuri pesisir-pesisir pantai yang dipenuhi pasir putih yang bersih.

Dan tiba-tiba aku tersentak, akan kedatangan Fika, yang mungkin diam-diam mengikutiku dari tadi hingga sampai disini. Tak ada cela untuk menghindarinya. Jujur, dulu aku pernah begitu sangat mencintainya. Dam masa-masa terberatku ketika harus menerima kenyataan bahwa aku putus dengannya.
"Lagi suka sendiri?" tanyanya sambil tersenyum
"Yah begitulah. Menghilangkan penat sejenak" Jawabku
"Boleh saya gabung?" pintanya
"Silahkan kalau mau" jawabku, dengan nada mengajak

Dia menghampiriku. Kami berjalan sambil membisu satu sama lain. Sejenak dia berhenti seketika, dan mengungkapkan sesuatu.
"Aku masih sayang kamu Daffa" Ungkapnya sambil menatapku dengan tajam
Sejenak aku berhenti berjalan akibat penuturannya.
"Kamu dengar, Daf. Sebenarnya beberapa tahun terakhir ini, aku tak bisa melupakanmu. Melupakan saat-saat kebersamaan kita. Kucoba menghapus sosokmu dari hati dan pikiranku. Tapi itu sulit Daffa. Aku semakin hancur ketika kudengar kabar, telah ada pengganti aku dihatimu. Kau tahu, aku sengaja ikut di acara ini, hanya untuk melihatmu. Selama ini, ku terus mencoba mengetahui kabarmu dari Bams. Dan sekarang adalah waktunya aku mengungkapkan semuanya. Mungkin aku terlalu egois untuk memilikimu."  Ungkap Fika dengan lirih dan wajah penuh penyesalan

Aku hanya diam membisu. melihat kesaksian Fika terhadapku
"Maaf dulu aku terlalu egois, dengan kesibukanku" Ungkap Fika dengan mata berkaca-kaca
Malam itu hanya gemuruh ombak, dan angin yang menyaksikan hal itu selain aku.


Keesokan harinya, kami menuju pantai. Untuk mersenang-senang. Semuanya tengah asik menikmati nuansa pantai nan elok dibumbui oleh senda gurai yang asik. Kamu mengajakku  ke jembatan kayu yang berada tak jauh dari tempat kami.
"Temenin aku ke jembatan itu Daf. Sepertinya asik ngeliat laut disana" Pintamu dengan manja
Aku dan kamupun menuju kejembatan itu, sambil meraih tanganku. Kita berjalan bersama.

"Daf, kamu merasa nggak hubungan kita sudah lama. Banyak rintangan yang telah kita lewati." Ungkapmu
"Iya, sepertinya baru kemarin" Jawabku
"Kamu tahu Daf, perasaanku padamu sudah terlalu kuat. dan perlu kamu tahu aku selalu sayang sama kamu. Yah meskipun kamu kadang kamu menyebalkan." Ejekmu
"Apakah kamu masih tetap menggandeng tanganku seperti ini yah nanti.?" Tanyamu sambil tersenyum khasmu.
Aku hanya tersenyum dengan segala tuturmu.

Sudah cukup bersenang-senang di pantai. Kami semuapun kembali ke pondokan. Kami melakukan aktivitas masing-masing, sesekali kulihat Fika mencoba mencari perhatianku. Mulai dari urusan membetulkan sesuatu, meminta tolong dan lain sebagainya. Aku tahu maksud itu. Dan kamu tengah asik berbincang dengan teman-temanku. Hingga pada sore haripun tiba.

Kudengar hapeku berdering. Suara sms dari Fika yang memintaku ke pantai
"Daf, aku mau bicara denganmu. Aku tunggu dipantai" bunyi sms darinya
Ku langsung beranjak, dan menuju ke pantai. Kulihat sosok Fika yang telah menunggu. Aku mendekatinya. Tiba-tiba dia memelukku dan berkata
"Kumohon, kembalilah padaku, tinggalkan Hana" Katanya sambil terisak.
Badanku kaku sejenak, dan berusaha melepaskan pelukannya. Dan seketika itupula kulihat kamu yang dengan tatapan tak percaya melihat aku dan Fika. Kamu menghampiri kami, dan menatap tajam kearahku.

Aku tak pernah melihatmu sesedih ini, dan seketika berlari pergi meninggalkan aku dan Fika. Aku tak menyusulmu. Yah., kamu menungguku pulang dengan tatapan marah. Meminta penjelasan kepadaku. Aku yang sudah cukup lelah tak ingin meladeni kemarahanmu.
"Ada hubungan apa kamu sama Fika? Kau suka sama dia?. Jawab Daffa..!!" Tanyamu
"Aku baru nyadar sikap cuek dan dinginmu akhir-akhir ini, karena itu. Daff apa kamu ngerti dengan perasaanku. Yeah, aku terlalu bodoh.!!. Kamu memang punya perasaan dengan Fika. Jujur Daffa!!" ujarmu sambil dengan hati yang masih marah

Telingaku lelah dengan ocehanmu hingga tanpa sadar aku melontarkan kata-kata yang benar-benar menyakitkanmu
"Yeah, aku memang masih punya sedikit perasaan sama Fika.!! Kau tau sikapmu yang kekanakan dan selalu ingin mengikuti segala apa yang aku lakukan buat aku muak dan lelah!!" benatakku

Teman-teman yang lain berusaha tak turut mencampuri masalahku denganmu. Dengan mencari aktivitas lain. Dan seketika kamu terdiam dengan isak tangis yang semakin menjadi.
"Kamu membela dia"
Kamu beranjak pergi meninggalkanku.
Aku masih tetap di tempatku berusaha menenangkan fikiran dan menyesal akan perkataanku.

Keesokan harinya, di pagi-pagi buta ketika mentari masih setengah menampakkan dirinya. Kulihat dirimu sudah terbangun, dengan pakaian rapi dan tas yang sepertinya kamu akan balik. Kamu tersenyum manis menyapaku seolah mengabaikan semua kejadian semalam.
"Selamat pagi Daffa ku" Ujarmu penuh semangat.
"Tidurmu nyenyak? Kamu lapar?" tanyamu sambil merapikan beberapa perlengkapanmu
"Aku sudah masak masakan favorit kamu." ujarmu

Tiba-tiba Dina temanku menghampiri menanyakan perihal kamu yang sangat terburu-buru untuk balik.
"Cepat bener kamu pulang Han. Sore loh kita balik" uja Dina
"Maaf Din, aku dapat panggilan dari orang rumah kalau ada hal penting yang harus diselesaiin." Jawabmu
"Jadi nggak bareng kita?" Ujar Dina
"Iya nih, sorry yah" Jawabmu
Aku hanya berdiri melihatmu ang tengah sibuk. tanpa mengucapkan kata-kata.
Hingga mobil rental yang kamu panggil telah datang. Aku tak mengucapkan sepatah katapun
Nampak Fika dengan wajah yang menyesal antara segan dan enggan untuk menampakkan wajahnya.
Kamu pamit, dan mendekatiku untuk mengucapkan salam perpisahan
"Jaga dirimu Daff, cepat pulang yah. Pasti nanti aku rindu. Hehehehe." Katamu sambil terenyum padaku.
Kamu pun berangkat pergi dengan mobil itu, perlahan-laha mobil itu menghilang dari mata kami.
Ada rasa menyesal, aku tak mengutarakan sepatah katapun padamu. Ya sudahlah

Fika nampak mendekatiku., meminta maaf atas kejadian yang kurang mengenakkan semalam. Aku menjelaskan untuk tidak terlalu memikirkannya

Aku beranjak dari halaman menuju kamar. Ada perasaan mengganjal didalam hatiku. Entah apa itu, hatiku terasa sesak. Kucoba baringkan diriku ke tempat tidur untuk menghilangkan sesak.

Tak lama ketika kamu pamit pulang, terdengar kabar darimu bahwa kamu mengalami kecelakaan fatal. Mobil yang kamu tumpangi menabrak pembatas jalan hingga nyaris jatuh ke jurang.

Mendengar kabar itu, tubuhku tersungkur lemas, kosong melompong, fikiranku tak karuan akan kondisimu. Ku bergegas kelokasi dimana kecelakaan itu terjadi ditemani beberapa temanku. Dalam kondisi masih syok, aku berusaha berpikir positif jika dirimu masih bisa ditolong.

"Ya Tuhan, inikah jawaban atas firasatku tadi. Tidak, tidak. Semoga kamu selamat hana" ucapku dalam hati.

Kami tiba di lokasi kejadian. Nampak beberapa orang menyaksikan serta beberapa polisi yang mencoba mengidentifikasi korban. Ku berusaha mendekati dengan lebih dekat tempat itu, berusaha mendapatkan informasi tentangmu. Nampak seorang polisi mendekatiku, mengatakan bahwa kamu sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Ku bergegas menuju rumah sakit tempatmu dibawa tampa memerdulikan teman-teman yang lain.
Andai saja, aku bisa lebih peka kalau itu salam perpisahanmu yang terakhir, andai saja ku tak membiarkanmu pulang, andai saja aku tak mengatakan semua itu tadi malam. Mungkin semuanya tidak akan terjadi hana. Itulah kalimat yang selalu ada dibenakku saat ini. Menyesal, sungguh aku menyesal..

Tiba di rumah sakit, ku segera menuju ke UGD, ku mencari dirimu. Nampak sosokmu dengan beberapa luka parah di sekujur tubuhmu. Kamu sedang ditangani sseorang dokter dan beberapa suster. Kamu dalam kondisi tak sadarkan diri. Badanmu nampak lebam akibat benturan benda kerass.. Kulihat dirimu yang tak bergerak, senyuman yang biasa menghiasi bibirmu, tak lagi kulihat saat ini. Aku meneteskan air mata, dan memohon agar dokter mampu menyelamatkanmu. Namun apa dikata, dokter tersebut mengatakan, kamu sedang koma, dan rumah sakit ini tidak cukup memiliki fasilitas untuk operasi, harus segera dibawa kerumah sakit kota. Kamu memiliki cedera parah di kepala, kata dokter tersebut. Sehingga kesempatan hidup sangat kecil. Nampak juga tiba keluargamu dengan ekspresi syok akan kondisimu. Ibumu tak henti-henti menangis dan ayahmu berusaha menenangkan dan pasrah akan kondisimu. Kamu segera dirujuk ke ruma sakit kota, untuk dioperasi.

Namun, ajal berkata lain. Kamu menghembuskan nafas terakhirmu. Waktu seakan berhenti seketika, tubuhku lemas, kaki tak mampu lagi berdiri, pikiranku kosong akibat kejadian ini. Seakan ada yang hilang dari diriku, sesuatu yang amat sangat penting. Separuh diriku telah pergi. Aku tak mampu lagi membendung air mataku. Bukan hanya aku, keluargamu pun begitu. AKu mendekatimu, yang sudah tak bernyawa berharap kamu bernafas lagi. Tapi itu tak mungkin lagi.


Dua hari setelah kematianmu, hatiku masih berkabung, diliputi rasa menyesal, dan kehilangan. Tak ada semangat hidup, pekerjaan terbengkalai. Ku mencoba meraih tasku, mencari cincin pemberianmu. Terdapat sepucuk surat yang bertuliskan "Dear My Daffa". Itu surat darimu, entah sejak kapan surat itu ada ditasku. Memang, aku tak pernah menyentuh tas ini, selama kejadian itu. Aku membuka dengan dilingkupi rasa penasaran.

"Dear My Daffa"
"Maaf jika sikapku terlalu membuatmu tertekan, itu karena rasa sayangku begitu dalam padamu. Entahlah jika tanpa sadar aku membuatmu tertekan. Makasih sudah menemani 5 tahun terakhir. Ketika aku pulang, jangan lupa memeriksa semua bawaanmu. Kamu tahu kan kamu itu pelupa, jadi aku harus selalu mengingatkanmu. Hehehehe. Ketika malam itu, aku ingin memberikan kejutan untukmu. Kau tahu, kalau hari ini tepat 5 tahun 3 bulan kita bersama. Dan seperti biasanya, kita selalu merayakannya. Aku selalu mengingatkanmu dahulu, mengingat kamu yang selalu lupa. Tapi tak apalah, Aku berharap semoga kita selalu bersama dalam keadaan apapun. Daf, aku selalu mencintaimu, berharap kita akan bersama selamanya, mengayuh biduk rumah tangga bersama, hingga hanya mampu dipisahkan oleh ajal."

"Love U always"

Hana

Ku genggam erat surat itu, ku tertunduk dan tanpa kusadari air mataku jatuh. Masih ada perasaan tak percaya akan kehilanganmu. Rasa kehilangan yang baru aku sadari bahwa sebenarnya aku begitu sayang padamu. Aku yang egois, aku yang tak pernah memerdulikan perasaanmu. Kamu yang begitu setia, perhatian, dan begitu menyayangiku, bagaimana mungkin aku membalasmu dengan cara seperti ini. Hana, kamu begitu banyak menaruh kenangan di setiap lembaran hidupku. Lima tahun bersamamu, sudah cukup banya menorehkan kisah bersama. Aku yang diliputi rasa ego yang tinggi, sehingga tidak mampu melihat hatimu, dan perjuanganmu saat ini. Bahkan menyesalpun tak ada gunanya saat ini. Kau telah tiada, dengan begitu banyak kenangan kau lukis.

"Hana, meskipun antara aku dan kau dalam dunia yang berbeda. Tak ada spasi yang dapat membuat jarak antara kita. Karena lantunan doa yang senantiasa kupanjatkan adalah jembatan aku untuk merasa selalu dekat denganmu"

Kadang, perasaan kehilangan itu datang disaat orang itu tak ada lagi untuk kita. Ketika penyesalan tak ada artinya lagi, ketika kata "Jika" dan "Andai" menjadi begitu sering diucapkan..










Sunday, September 27, 2015

Ms.Bling-Bling

Posted by Ulfi_Adelia at 4:57 AM 0 comments
Di kamar yang penuh dengan hiasan bling-bling dengan warna cat tembok full color hiasan jendela yang cukup silau jika terpancar matahari., cika mulai menyiapkan diri untuk ke kampus. Diambilnya selembar kaos pink yang terkesan "Jreeng"menurut kaum fashion konservatif kemudian dipadukannya jeans hitam gombrang.
"Sepertinya sudah oke, eeehmm sisa aksesoris gelangnya"guman cika sambil mencari gelang-gelang pink yang sesuai dengan apa yang dikenakannya.

Ini adalah hari pertama untuk tahun ajaran baru di kampus bagi cika yang sudah dua bulan libur. Yang bagi cika, itu adalah waktu yang cukup lama tanpa beraktivitas di kampus. Selain karena penerimaan mahasiswa baru ditambah dengan liburan Ramadhan. Jadi bertambah lama pula liburnya.
"Lama bener kamu dandan cika.. ayoo cepat, kakak kamu sudah nunggu." Kata mama yang tiba-tiba masuk"
"Yang sabar ma.. Cika masih dandan nie.Suruh saja kakak duluan kalau lagi terburu-buru. Biar cika telpon nina untuk jemput" Kata cika sambil merapikan jilbabnya.
"Kamu, mau ke kampus saja, dandanmu seperti kondangan saja. Mama suruh kakak duluan yah."
"Iya ma.."
Cika meraih hapenya untuk nelpon nina, sahabat nya.
"Assalamualaikum nin, kamu dimana? dah dikampus apa blom?" tanya cika
"Aku masih dirumah. Knp? mau dijemput?" Jawab nina
"Heheeh. tau aja. Jemput aku yah dirumah. kita kan bestfriend" pinta cika
"Oke, Miss Bling Bling" ejek nina dengan julukan populer cika di kampus

30 menit cika menunggu di depan televisi, tiba-tiba bunyi klakson motor terdengar dari luar. Suara klakson yang tak asing lagi bagi cika. Cika segera menuju keluar. Diluar ada nina yang sedang menunggu di motor metiknya berwarna merah hitam.
"Yuk kita cabutt" kata nina
"Iya nin, aku pamit dulu ke mama yah" kata cika
"Nggak pake lama yah" kata nina.
"Oke-oke bu nina" guman cika.
Cika mencari mamanya yang masih sibuk di dapur untuk pamit.
"Mah, cika pamit yah. Assalamualaikum" pamit cika sambil nyium tangan mamanya.
"Hati-hati nak. Waalaikumusalam" kata mama

Cika dan nina pun tiba dikampus. di kampus ada beberapa teman mereka yang sudah datang. Hari ini adalah dimana proses belajar-mengajar masih belum aktif. Masih masa penyambutan buat maba tahun ini.
"Hai cika, nina" sapa Sarah
"Selamat pagi miss bling bling" Sapa riko sambil mengejek julukan cika.
"Hai Sarah.!! balas cika dan nina
"Apaan sih kamu riko" balas cika
"Sejak kapan kalian datang? rajin amat ke kampus" tanya cika
"Iyalah, kan nyambut maba, siapa tau ada yang kecantol. dari tadi miss bling bling" jawab riko.
"Eeehmm maunya.. Yang lain pada kemana?" tanya cika
"Tuh lagi nonton penyambutan maba" ujar riko
"Nina,Sarah sana yukk" Ajak cika
 Lah trus aku gimana?" tanya riko
"Disini aja kamu, melototin cewek" ejek cika
"Iya. Hahahaha" balas nina dan Sarah

Mereka pun menuju ke kumpulan teman yang lainnya untuk bergabung meihat penyambutan mahasiswa baru yang siap dikader nanti. Dalam ruangan itu, ada Rian yang sedang berbicara di depan banyak maba fakultas teknik. Di fakultas ini memang dimayoritasi oleh kaum adam dibanding kaum hawa.Maka tak heran jika "Kaum Hawa" termasuk barang langka di fakultas ini. Hanya di jurusan cika lah yang jumlah kaum hawanya lumayan yaitu arsitektur. Di fakultas inipun sangat disiplin dari urusan tugas-tugas, sampe dandanan pun diatur, apalagi bagi perempuan yang masih berbau "Maba" kalau dandan berlebih saja, tunggu aja dihadang sama senior cewek yang ngasih tau kalau nie fakultas bukan fakultas fashion. Hal sama juga yang pernah dialami cika yang memang gemar dandan bling-bling. tapi cika ngotot tetap dengan penampilannya yang kerlap-kerlip sampe si senior-seniornya nyerah juga negur cika. Alhasil cika pun mendapat predikat "Miss Bling Bling" di kampus.

"Cika.. tuh ada senior idola kamu lagi bicara di depan" Ujar Nina..
"Iya., mata gue langsung adem liatnya nin. Sumpahh kak rian tuh aura karismatiknya bikin hati aku meleleh" kata cika
"hhuffhh penggemar yang tak dianggap" ejek Sarah
"Biarin, yang penting bisa ngeliat wajah kak rian, bikin nie kampus jadi adem" ujar cika
"Kamu siih, coba deh lancarkan pedekatemu sama dia. Jangan cuman jadi punuk merindukan bulan dong cika" Kata nina
"Aku malu nin. Kamu liat aja dia banyak yang deketin. Bukan hanya di fakultas ini, fakultas lain juga pada ngincar dia dengan berbagai trik pedekate yang jitu. Nah aku?" ujar cika dengan pasrah
"Ya udah, mungkin memang takdirmu cuman jadi penggemar rahasia doang" ujar Sarah
"Kamu ngejek aku yah" kata cika dengan wajah sedikit menjengkelkannya ke Sarah

Rian adalah senior cika di kampus, mahasiswa tingkat akhir yang masih sibuk dengan studi akhirnya serta masih aktif di lembaga-lembaga internal dan eksternal kampus. Cukup ganteng dari segi wajah,
dengan postur tubuh yang tinggi,dan tegap, kulit sawo matang bersih. Tampak berwibawa, ramah, baik, tenang, dengan kecerdasan diatas rata-rata, serta memegang peranan penting di beberapa lembaga kampus. Itulah sosok Rian versi cika dan gadis-gadis yang mengaguminya tentunya.

Siang berganti senja. berarti matahari hendak kembali ke peristirahatannya. Cika pun kembali pulang kerumahnya bersama dengan nina.
"Cik., aku nginap yah dirumah kamu, Orang dirumah pada ke kampung, ada acara keluarga. Malas sendiri dirumah. Nginap yah" minta nina
"Oke bos. apa sih yang nggak buat bestfriend" ujar cika
"Habis magrib aku kerumah kamu" kata nina
Cika pun tiba di rumah
"Assalamualaikum" salam cika
"Sudah pulang, ganti baju cepat sana, trus sholat" ujar mama
"Iya mamaku sayang" ujar cika
Jam 7 lewat seperempat. Nina datang membawa dirinya dan beberapa perlengkapannya, yang cukup simpel untuk ukuran cewek. Maklum nina sosok yang jauh berbeda dengan cika yang girly. Nina dengan pembawaan yang sedikit tomboy, dengan ransel di punggungnya, sepatu converse, kemeja kotak-kotak atau kaos panjang oblong dan jeans panjang. yang menjadi gaya andalannya. Dua sosok sahabat yang jauh berbeda karakter dan penampilan.
"Aku kalau masuk nih kamar, mata jadi silau cik" Kata nina
"Baguslah, jadi mata kamu jadi segar. Hahahaaha" ujar cika
"Huuftt semester baru, dan tumpukan tugas yang baru juga nantinya. Perlu persiapan amunisi nih cik. Hahahaha" kata nina
"Iya tapi tak apalah yang penting di kampus masih bisa liat tuh idola aku" Ujar cika dengan genitnya
"Kak rian lagi, kak rian lagi. Kayaknya di otak kamu tuh sudah bersemayan sosknya kak rian" ejek nina
"Gitulah nin, eehh aku mo nanya kalau diliat-liat dari tipikal kak rian, dia itu tertarik sama cewek gimana sih?. Kamu kanpaling ahli dalam masalah ini nin." Puji cika
"Yah tentu saja sama cewek yang nggak norak sepertimu. Yang sederhana, feminim, dan cerdas seperti dia.Hahahaaha..:Jawab nina
"Eeehhmm sepertinya. Aku jadi minder. liat aja nin berapa banyak yang dah deketin lebih oke daripada aku tapi tidak ada yang ampuh. Dari senior, anak kampus laen, anak fakultas laen. Heran aja. Apa dah ada yang punya yah?? Ujar cika
"Ahh nggak mungkin, teman-temannya bilang dia mah masih single alias jomblo. Gitu aja mungkin orangnya. Milih-milih cewek" Jawab Nina.
"Jadi aku harus apa dong" tanya cika
"Ubah tuh penampilan ngejreng kamu, aku saja aneh liatnya apalagi cowok idaman kamu ituh" Ujar nina
"Ah, nggak mau ahh. Harus terima aku apa adanya" Jawab cika
"Hahahahah. Yang sabar yah." Ejek nina.

Hari-demi haripun telah berlalu, cika larut dengan kesibukan kuliah dan aktivitas organisasi yang padat. Dengan tumpukan tugas-tugas, kertas, pulpen, penggaris, coreldraw, Arcgis, dan sejenisnya.
Hingga pada suatu waktu cika dihadapkan dalam sebuah aktivitas yang mengharuskan dia intens bertemu dengan si pujaan hatinya Rian. Bersama dengan teman angkatannya dan tentunya sahabat-sahabatnya nina dan Sarah.
"Kesempatan memang tidak pernah hilang, justru datang sendirinya. Aku punya kesempatan dekat sama kak rian. Bayangin kan." Ujar cika dengan sumringah.
"Iya, kesempatan cik buat kamu. pedekate. Jangan dilewatkan" ujar Sarah.
"Bagus juga dia jadi ketua kegiatan pameran arsitektur ini. Jadi bisa berlama-lama natap tuh wajah" Kata cika
"Semangat ngejar cinta idola. Hahahaha" ejek nina
"Teruskan perjuangan cintamu kawan" Support Sarah

Ini adalah sebuah keuntungan buat cika melakukan aksi pendekatan dengan Rian sang pujaan hati. Cika jadi lebih bertanggung jawab dengan kegiatan, rajin mengikuti  rapat kegiatan, penggalangan dana, sampe urusan kecilpun yang melibatkan Rian pasti disikatnya. Hanya untuk mendapatkan perhatian si senoirnya itu. Sahabt-sahabatnya pun dibuat keheranan dengan sikap cika yang berubah drastis yaitu "Mendadak aktif di kegiatan lembaga" Hingga kegiatan itupun selesai. Hingga suatu hari Rian menyapa terlebih dahulu Cika dengan ramah. Hal yang tak biasa dilakukan oleh seniornya itu terhadap perempuan.
"Hai cika, gimana kabar kamu? Sombong amat sih" Ujar kak Rian
"Hai kak, baik kak. Aku nggak sombong kok kak" Jawab cika dengan perasaan deg degan.
"Punya waktu nggak hari minggu, ada seminar di Auditorium. Mau ikut? Ajak Rian
"Hah??? Minggu., ada kak. Iya aku mau kak." Dengan sedikit kikuk cika menjawab dengan rona pipi yang mulai memerah.
"Kita ketemuan disana yah, jam 8. Makasih cika." kata Rian dengan wajahnya yang berseri

Sejenak Cika berdiri kikuk, tak menyangka barusan Rian mengajaknya. Hingga panggilan sahabat-sahabatnyapun diacuhkannya. Ada guratan malu-malu, senang, serta rona pipih yang memerah di wajah cika.
"Hei, kamu tuh dipanggil nggak nyahut-nyahut." Sahut nina
"Iya nih. apaan sih.?Seneng banget" tanya Sarah
"Hehehe eehh sorry sorry. Kalian tau nggak, Kak rian ngajak aku ke seminar berdua!!!" Kata cika dengan gembira.
"Wah wah ada perkembangan nih." Jawab Sarah
"Bagus bagus. Lanjutkan. Hahahaha" ujar Nina
"Sar, bantu aku yah dandan yang simple tapi girly. Kamu kan ahlinya" ujar Cika
"Jadi kmu mau ninggalin gaya bling-bling kamu.?" tanya Nina
"Ya iyalah Nin. Masa' aku harus dandan kayak tante-tante." Ujar Cika
"Lahh baru nyadar" ejek Nina
"Oke-oke miss bling-bling" Jawab Sarah
"Makasih sayang-sayang" Ujar Cika dengan Bahagia.

Hari minggu, Cika pergi dengan gaya sederhana namun terlihat feminin, jauh dari kata "ngejreng" yang biasa di dirinya. Dan pada hari itu, predikat "Miss Bling-Bling" terlepas dari dirinya.
Hingga orang-orang dirumahnya pun dibuat heran dengan gaya barunya.
Sesampai di tempat, tampak Rian sudah menunggu.Dengan jarak 70 meter Cika sudah mampu mengenal sosok pujaan hatinya. Dengan setelan kemeja hitam khas anak teknik dan jeans hitam. Hati Cika berdebar dengan kencang, hingga tangannya pun berkeringat. Rian sudah terenyum menatapnya. Mereka memasuki ruangan auditorium. Tampak suasana auditurium dipenuhi orang-orang yang hendak menonton seminar Arsitektur yang dibawakan oleh salah satu arsitek terkenal Indonesia dan tokoh arsitek luar negeri. Beberapa saat mereka berbincang hanya sekedar basa basi untuk menghangatkan suasana yang kikuk karena Cika yang terlalu malu dan deg-degan sehingga ingin batuk saja susah.
"Gaya bling-bling kamu mana cika? Biasanya dengan gaya itu.Hehehehe" Ujar Rian
"Dah bosan kak dengan gaya tuh, coba yang simple aja. "Jawab Cika dengan malu-malu
"Padahal unik loh." Jawab Rian
"Hehehe. Iya kak" Balas Cika
"Eehh., kamu sama-sama terus yah sama geng kamu" celoteh Rian
"Kadang-kadang juga nggak bareng kak. Kalau ada kesibukan masing-masing" Jawab Cika
"Ooh gitu yahh. Biasanya cuman Sarah dan Nina yang sering aku liat, karena sering aktif di lembaga" ujar Rian
"Oohh Sarah dan Nina  kak. Iya emang dia gitu kak.." Jawab Cika
"Trus kamu? gimana?. Habis ini kita lunch bareng yah. ujar Rian
"Hehehe tergantung moodnya kak, kalau lagi mau sibuk di lembaga. iya kak" jawab Cika malu-malu

Acaranya pun selesai. Mereka kemudian menuju salah satu resto yang cukup favorit dikalangan muda. Tempatnya sangat cozy dengan nuansa "Romantic". Penataan ruangan yang nyaman dan hiasan-hiasan yang cantik. Siapapun cewek yang lagi proses pedekate dibawa kesini, pasti akan mengira bakalan ditembak sama si cowok. Begitu pula dengan perkiraan Cika, yang berfikir akan ditembak di resto ini.
Jantung Cika masih berdegup kencang, tambah kencang tak seperti sebelumnya. Pipihnya pun sudah merona merah tanda tersipu malu. Pikirannya sampe hilang konsentrasi hingga nyaris menabrak tembok tepat di depannya karena terus menunduk. Rian memilih meja tepat disamping jendela dan dibelakangnya dihiasi bunga-bunga. Cukup memperkuat dugaan cika. Merekapun duduk dan tampak terlihat kikuk sama sekali. Sesekali memandang keluar jendela untuk menghindari deg-degan agar tak terlalu nampak.
Rian memulai dengan pembicaraan, dengan diawali batuk kecil sebagai aba-aba "Sudah cukup malu-malunya, mari kita bercakap"
Rian banyak menanyakan hal tentang Cika. baik itu seputar mata kuliah, dosen-dosen killer, hubungan pertemanannya, aktivitas hariannya, hingga keluarganya. Percakapan itu berlangsung dengan santai dengan sesekali candaan satu sama lain. Hingga Rian mengutarakan sesuatu. Dengan serius dan memandangi cika dengan tajam, membuat cika jadi salah tingkah.
"Cika., menurut dek, kak gimana sih?" tanya Rian
"Menurut aku kakak baik kok, cerdas, dan ramah" kata Cika malu-malu.
"Ooh gitu" guman Rian
"Iya kak," ujar Cika.
Wajah Cika seketika memerah, dan fikiran jika "Kak Rian bakalan nembak dirinya" makin menjadi-jadi. Dilihat dari sorot mata idolanya itu menatap Cika yang tajam.
"Gini Cika, sebenarnya eehh... sebenarnya" ucap Rian

Dalam hati Cika terus berguman "Ayo kak, utarakan, aku pasti bilang iya!!"
"Sebenarnya apa kak?" tanya cika
"Eehhmm sebenarnya kakak suka de.. dengan.." ujar Rian malu-malu
"Siapa kak?" tanya Cika
"...SARAH.." kata Rian dengan deg-degan
Seketika hati Cika jadi kaku sekaku batu., kakinya sulit bergerak. bibirnya tak mampu berkata apapun. Apa dipikirkannya jauh dari kenyataan. Ternyata Sang Idolanya menyukai sahabatnya sendiri yaitu Sarah.
"Sebenarnya, kakak sudah lama suka dengan temanmu Cika, tapi kak Rian nggak tau harus mulai dari mana deketinnya. Cika orang yang dekat dengan Sarah, dan kakak liat orangnya supel. Jadi kakak pikir, mungkin cika bisa bantuin kakak. Bisakan?" ujar Rian
"Ehh.. Iy.iya kak" jawab Cika dengan kaku dan sedikit jutek
"Hehehe makasih Cika yang cantik" puji Rian
Makanan pun sudah datang.. Tapi nafsu makan cika sudah hilang, makanan itu serasa sudah tak mampu masuk di tenggorokan cika akibat penuturan Rian yang bagaikan sambaran petir buat hatinya. Cika serasa ingin segera beranjak dari tempat itu, menangis sejadi-jadinya dikamar, menyesal atas rasa pedenya yang terlalu tinggi. Menghapus jejak sang idola dalam hati.
Dan terlebih menyakitkan dia harus menjadi mak comblang antara sahabat dan pujaan hatinya..



SELAMAT MEMBACA ^0^






Saturday, September 26, 2015

Jarak

Posted by Ulfi_Adelia at 10:12 PM 0 comments
Ada rindu yang tertitip, ada cinta yang terjaga

Ada curiga yang terpendam, ada hati yang bertahan

Ada setia yang teruji, ada cemburu yang terlintas

Nuansa yang dihadirkan oleh sebuah jarak

Jarak aku dan kamu

Jarak tak berarti jurang pemisah sebuah hubungan

Yang akan menjadikan kita menjadi aku dan kau

Tapi sebuah tantangan untuk kita lewati

Kadang, kita butuh jarak untuk saling melihat

Melihat seberapa sungguh kita dalam cinta

Seberapa kuat hati kita tuk bertahan

Hingga pada saatnya tiba

Akan hadir cinta yang kokoh

Yang selalu tetap rindang untuk ditempati






Waiting for Certainty

Posted by Ulfi_Adelia at 9:50 PM 0 comments
Menunggu dirimu itu
Tak seperti menunggu kereta di stasiun
Yang mungkin hanya membutuhkan beberapa jam
Menunggu dirimu itu
Tak seperti menunggu hujan
Yang mungkin hanya membutuhkan beberapa bulan

Telah lama kuberdiri disini..
Tak selangkahpun ku meninggalkan tempat ini
Masih dengan rona senyum yang menghiasi..
Hujan berganti kemarau,.
Siang berganti malam
Hati tak merasa lelah untuk menunggu
Tubuh tak sedetikpun mengeluh akan letihnya menunggu

Kamu..
Entah dirimu sadar ataupun tidak akan penantianku
Entah dirimu telah mampu memandangku
Memandang betapa kerasnya kuberjuang disini
Dirimu yang masih mengacuhkanku
Arahkanlah kedua mata itu kepadaku

Aku disini dengan sejuta harapan yang menggelantung
Hingga mengepul diatas awan-awan yang disinari sang senja yang menghangatkan
Akan dirimu dan aku hingga menjadi kita
Kadang terasa sesak di dada
Kadang terasa sakit
Kadang terbesit untuk ku beranjak dari tempat ini
Hingga kau sadar akan itu
Atau lebih baik kau tak sadar akan itu
Hingga tak ada perih yang terlalu menyakitkan
Hingga diriku saja yang tahu ku menunggu

Dan ketika hal itu akan terjadi
Diriku tak mampu lagi kembali dengan harapan tentangmu
Harapan yang telah berhembus bersama angin
Hingga menjadi kepingan-kepingan kenangan pahit
Yang hanya cukup untuk dikenang, tidak untuk kembali






Extended Network Banners
 

Mademoiselle Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea