Bertemankan heningnya lampu yang ramang-ramang
Serta senandung secangkir kopi yang gelap gulita
Kuteguk tetes demi tetes pekatnya minuman nan gelap itu
Diiringi buaian malam yang hendak menerawang dalam-dalam
Dan cicak yang bersorak ramai nan riuh
Setiap tegukan melukiskan laraku kala itu
Kala aku sulit berpijak di terjalnya kerikil tajam
Kala diriku terlunta akan cemohan para pengais perhatian
Kala diriku terjun dalam rangkulan yang memakan jiwaku perlahan
Berusaha merangkai nada cemohan itu sebagai rangkaian irama yang bernada lembut
Seperti seteguk kopi yang kuubah menjadi susu yang manis hingga tak tersisa
Namun, raga tetaplah sigap dengan senyum yang merekah ramah
Melepaskan duri yang berkecamuk dalam dada
Untuk menatap mentari cerah yang hendak merangkul lembut