Abu Rayhan al-Biruni adalah seorang
ilmuwan besar, fisikawan, astronom, sosiolog, sastrawan, sejarawan dan
matematikawan yang nilainya tidak pernah diketahui. Dia dipertimbangkan
sebagai bapak dari unified field theory (teori segala sesuatu -pen) oleh
peraih penghargaan Nobel Profesor Abdus Salam. Abu Rayhan al-Biruni
hidup hampir seribu tahun yang lalu dan sezaman dengan Ibn Sina
(Avicenna) dan Sultan Mahmoud Ghazni.
Pada saat menjelang akhir
hayatnya, Biruni dikunjungi oleh tetangganya yang merupakan ahli fiqih.
Abu Rayhan masih dalam keadaan sadar, dan tatkala melihat sang ahli
fiqih, dia bertanya kepadanya tentang hukum waris dan beberapa hal yang
berhubungan dengannya. Sang ahli fiqih terkesima melihat seseorang yang
sekarat masih tertarik dengan persoalan-persoalan tersebut. Abu Rayhan
berkata, “Aku ingin bertanya kepadamu: mana yang lebih baik, meninggal
dengan ilmu atau meninggal tanpanya?” Sang ahli fiqih menjawab, “Tentu
saja lebih baik mengetahui dan kemudian meninggal.” Abu Rayhan berkata,
“Untuk itulah aku menanyakan pertanyaanku yang pertama.” Beberapa saat
setelah sang ahli fiqih tiba dirumahnya, tangisan duka mengatakan
kepadanya bahwa Abu Rayhan telah meninggal dunia. (Murtaza Mutahhari:
Khutbah Keagamaan)
Sebuah Ilustrasi pergerakan fase bulan dari buku karya Abu Rayhan al-Biruni
[Sumber: Wikipedia]
——————————————————————————————————————————————————————-Lalu setelah itu, hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.
Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi,
“Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab.”
701 (Meninggal) * Khalid Ibn Yazeed * Ilmuwan kimia
721-803 * Jabir Ibn Haiyan * Ilmuwan kimia (Seorang ilmuwan kimia muslim populer)
740 * Al-Asma’i * Ahli ilmu hewan, ahli tumbuh-tumbuhan, ahli pertanian
780 * Al-Khwarizmi (Algorizm) * Matematika (Aljabar, Kalkulus), Astronomi
——————————————————————————————————————————————————————-
Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab
berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu hewan muslim
al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah
satunya mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.
——————————————————————————————————————————————————————-776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan
787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammas (Albumasar) * Astronomi
796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi
——————————————————————————————————————————————————————-
Gambar Al-Kindi pada sebuah perangko terbitan negara Syria
[Sumber: Wikipedia]
——————————————————————————————————————————————————————-800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik
815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra
816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography)
836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi
838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika
852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur
857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran
858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika
860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil
864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia
973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat
888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu
——————————————————————————————————————————————————————-
Sebuah Observatorium yang dibangun oleh para ilmuwan muslim
——————————————————————————————————————————————————————-900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi
903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi
908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur
912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia
923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi
930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia
932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran
934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi)
936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran
940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri
943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika
958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah
960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan
965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika
——————————————————————————————————————————————————————-
Abu Rayhan Al-Biruni, seorang astronom muslim sedang mengamati bintang di langit.
——————————————————————————————————————————————————————-973-1048 * Abu Rayhan Al-Biruni * Astronomy, Matematika, Sejarah, Sastra
976 * Ibn Abil Ashath * Kedokteran
——————————————————————————————————————————————————————-
[Sumber: Wikipedia]
——————————————————————————————————————————————————————-980-1037 * Ibn Sina (Avicenna) * Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi
983 * Ikhwan A-Safa (Assafa) * (Kelompok Ilmuwan Muslim)
1001 * Ibn Wardi * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
1008 (Meninggal) * Ibn Yunus * Astronomy, Matematika.
1019 * Al-Hasib Alkarji * Matematika
1029-1087 * Al-Zarqali (Arzachel) * Matematika, Astronomi, Syair
1044 * Omar Al-Khayyam * Matematika, Astronomi, Penyair
1060 (Meninggal) * Ali Ibn Ridwan Abu Hassan Ali * Kedokteran
1077 * Ibn Abi Sadia Abul Qasim * Kedokteran
1090-1161 - Ibn Zuhr (Avenzoar) * Ilmu Bedah, Kedokteran
1095 - Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya (Avenpace) * Astronomi, Kedokteran
1097 - Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) * Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Kedokteran, Ilmu
——————————————————————————————————————————————————————-
Peta Dunia digambar oleh Al-Idrisi pada tahun 1154
[Sumber: Wikipedia]
——————————————————————————————————————————————————————-1099 - Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta Pertama)
1110-1185 - Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran
1120 (Meninggal) - Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair
1128 - Ibn Rushd (Averroe’s) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi
1135 - Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi
——————————————————————————————————————————————————————-
Sketsa otomatisasi menggunakan air karya Al-Razaz Al-Jazari
[Sumber: Wikipedia]
——————————————————————————————————————————————————————-1136 - 1206 - Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik
1140 - Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika
1155 (Meningal) - Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi
1162 - Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)
1165 - Ibn A-Rumiyyah Abul’Abbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1173 - Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1180 - Al-Samawal * Matematika
1184 - Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan
1201-1274 - Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri
——————————————————————————————————————————————————————-
Sebuah sketsa anatomi tubuh manusia yang digambar oleh ilmuwan muslim.
——————————————————————————————————————————————————————-1203 - Ibn Abi-Usaibi’ah, Muwaffaq Al-Din * Kedokteran
1204 (Meninggal) - Al-Bitruji (Alpetragius) * Astronomi
1213-1288 - Ibn Al-Nafis Damishqui * Astronomi
1236 - Kutb Aldeen Al-Shirazi * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1248 (Meninggal) * Ibn Al-Baitar * Farmasi, Ahli Tumbuh-tumbuhan (Botany)
1258 - Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi * Kedokteran, Matematika
1262 - Abu al-Fath Abd al-Rahman al-Khazini * Fisika, Astronomi
1273-1331 - Al-Fida (Abdulfeda) * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1360 - Ibn Al-Shater Al Dimashqi * Astronomi, Matematika
1320 (Meninggal) - Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan *Astronomy, Fisika
1341 (Meninggal) - Al Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer * Ilmu Kimia
1351 - Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi
1359 - Ibn Al-Magdi, Shihab Udden Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi
——————————————————————————————————————————————————————-
Sebuah sketsa astronom muslim Ibn al-Shatir (1304-1375) tentang pergerakan planet Merkurius.
[Sumber: Wikipedia]
——————————————————————————————————————————————————————-1375 (Meninggal) - Ibn al-Shatir * Astronomi
1393-1449 - Ulugh Beg * Astronomi
1424 - Ghiyath al-Din al Kashani * Analisis Numerikal, Perhitungan
Dengan deretan sarjana muslim seperti
itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ”
Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik,
Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan
Ibn Sina adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia
terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah
terbaik juga seorang muslim.
Sejarah
sebelum Islam dipenuhi dengan perkiraan-perkiraan, desas-desus dan
mitos-mitos. Adalah seorang ahli sejarah muslim yang pertama kali
memperkenalkan metode sanad dan matan yang melacak keaslian dan keutuhan
sebuah informasi langsung dari saksi mata. Menurut seorang ahli sejarah
Bucla “Metode ini belumlah dipraktekkan oleh Eropa sebelum tahun 1597.”
Metode lainnya: adalah penelitian sejarah bersumber dari ahli sejarah
terkemuka Ibn Khaldun. Pengarang dari Kashfuz Zunun memberikan daftar
1300 buku-buku sejarah yang ditulis dalam bahasa Arab pada masa beberapa
abad sejak munculnya Islam.
Sekarang
lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar
seorang muslim memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan
dan kedokteran? Bagaimana dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak
akan menemukan banyak nama kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan
dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa yang kita
miliki?
Sebuah
publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia
Arab yang terdiri dari 22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka
itu sangat menyedihkan, hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang
diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya! (Spanyol
menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada
alergi atau keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya
berasal dari nenek moyang kita sendiri untuk mendapatkan kembali warisan
terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan, menyempurnakan dan
menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia?
Mengapa tingkat pendidikan pada kaum Muslim rendah sementara ayat pertama pada Al-Quran adalah ‘Iqra (berarti: Bacalah)? Apakah mereka lupa akan hadis Nabi mereka: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”?
Bagaimana dengan hadis Nabi yang berbunyi:“Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak.”[HR Abu Dawud dan Tirmidzi]
Begitu giatnya kaum Muslim pada saat ini mencari kekayaan hingga mereka sendiri tidak tahu bagaimana untuk membelanjakannya. Sikap seperti itu begitu beresiko dan memalukan.
Keutamaan Ilmu dibandingkan harta
Diriwayatkan suatu hari sepuluh orang terpelajar mendatangi Imam Ali ra. Mereka ingin mengetahui mengapa ilmu lebih baik daripada harta dan mereka meminta agar masing-masing dari mereka diberikan jawaban yang berbeda. Imam Ali ra menjawab sebagaimana berikut:
[1] Ilmu adalah warisan Nabi, sebaliknya harta adalah warisan Firaun. Sebagaimana Nabi lebih unggul daripada Firaun, maka ilmu lebih baik daripada harta.
[2] Engkau harus menjaga hartamu, tetapi Ilmu akan menjagamu. Maka dari itu, Ilmu lebih baik daripada harta.
[3] Ketika Ilmu dibagikan ia semakin bertambah. Ketika harta dibagikan ia berkurang. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.
[4] Manusia yang mempunyai banyak harta memiliki banyak musuh, sedangkan manusia berilmu memiliki banyak teman. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.
[5] Ilmu menjadikan seseorang bermurah hati karena pandangannya yang luas, sedangkan manusia kaya dikarenakan kecintaannya kepada harta menjadikannya sengsara. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.
[6] Ilmu tidak dapat dicuri, tetapi harta terus-menerus terekspos oleh bahaya akan pencurian. Maka, ilmu lebih baik daripada harta.
[7] Seiring berjalannya waktu, kedalaman dan keluasan ilmu bertambah. Sebaliknya, timbunan dirham menjadi berkarat. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.
[8] Engkau dapat menyimpan catatan kekayaanmu karena ia terbatas, tetapi engkau tidak dapat menyimpan catatan ilmumu karena ia tidak terbatas. Untuk itulah mengapa ilmu lebih baik daripada harta.
[9] Ilmu mencerahkan pikiran, sementara harta cenderung menjadikannya gelap. Maka dari itu, ilmu lebih baik daripada harta.
[10] Ilmu lebih baik daripada harta, karena ilmu menyebabkan Nabi berkata kepada Tuhan “Kami menyembah-Nya sebagaimana kami adalah hamba-hamba-Nya”, sementara harta membahayakan, menyebabkan Firaun dan Nimrud bersikap congkak dengan menyatakan diri mereka sebagai Tuhan.
Betapa arifnya! Tapi saat ini masyarakat kita tidak bergairah untuk mencari ilmu. Mengapa? Apakah mereka mengetahui apa yang dikatakan Imam Ibn Hazm (RA) - seorang ulama besar dari Andalusia Spanyol, ahli fiqh dan penyair - yang mengatakan:
"Jika ilmu pengetahuan membuat orang bodoh hormat dan segan kepadamu, dan kaum terpelajar menghargai dan mencintaimu, alasan itu sudah cukup untuk menyemangatimu untuk mencari ilmu….Jika kebodohan hanya bisa membuat orang bodoh iri atas orang berilmu dan senang melihat orang yang bodoh seperti mereka, alasan ini cukup untuk mengharuskan kita mencarinya (ilmu)…Jika ilmu pengetahuan dan sikap ketaatan diri dalam meraihnya tidak memiliki tujuan apapun selain membebaskan manusia dari lelahnya kegelisahan dan kecemasan yang membuat pikiran menderita, alasan-alasan itu sangatlah cukup untuk membawa kita untuk mencari ilmu."
Saya hanya berharap perkataannya akan membangunkan masyarakat kita untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Solusi untuk keadaan sulit yang kita hadapi saat ini:
Ketika
banyak solusi yang bisa saya tunjukkan untuk membawa kita dari
kesulitan ini, saya memutuskan untuk membahas tiga hal utama di bawah,
yang dua diantaranya berhubungan dengan tanggungjawab sosial dan
masyarakat.
1. Mencari Ilmu Pengetahuan:
Alasan
utama dibalik kegemilangan kaum Muslim awal terletak pada pencarian
mereka akan ilmu pengetahuan walaupun ilmu itu harus diperoleh ditempat
yang sulit dan tersembunyi. Sebagai anak-anak Islam sejati, mereka
mengerti akan hadis Nabi:
“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah (fisabilillah) hingga ia kembali (ke rumahnya)” (HR.Tirmidzi)Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim)
Kaum
Muslim seharusnya merenungkan apa yang dikatakan Mu’adh ibn Jabal (RA):
“Meraih ilmu pengetahuan demi ridho Allah, karena pengetahuan
melahirkan kesalehan, mengagungkan Ilahi dan takut akan dosa. Mencari
ilmu demi ridho Allah adalah ibadah, belajar adalah sikap mengingat
kebesaran Allah (Zikir), mencarinya adalah perjuangan yang ganjarannya
adalah pahala (Jihad), mengajarkannya kepada seseorang yang
menganggapnya berharga adalah sedekah, dan mengamalkannya pada rumah
seseorang memperkuat tali silahturahmi diantara keluarga. Ilmu adalah
sahabat penyejuk ketika dalam kesendirian. Ilmu adalah sahabat terbaik
bagi para pengelana. Ilmu adalah sahabat terdekatmu yang menyampaikan
rahasianya kepadamu. Ilmu adalah pedangmu yang paling ampuh untuk
lawanmu, dan terakhir, ilmu adalah pakaian yang akan menaikkan derajatmu
dalam jamaah persaudaraanmu.” [Hilyat'ul Awliya Wa Tabaqat'ul Asfiya]
Dengan hal yang sama, Sharafuddin Maneri (RA) berkata,
“Ilmu pengetahuan adalah puncak segala kebahagiaan, sebagaimana kebodohan adalah titik awal dari segala keburukan. Keselamatan datang dari ilmu, kehancuran datang dari kebodohan.” [Maktubat-i Sadi]
2. Kualitas kepemimpinan dan dukungan pemerintah.
Pada
zaman awal keislaman, penguasa kaum Muslim tidak hanya menjadi
pendukung edukasi, mereka sendiri merupakan para sarjana yang hebat.
Mereka juga dikelilingi oleh kaum terpelajar seperti para ahli filosofi,
ahli fiqh, ahli hadis, ulama, analis, penyair, matematikawan, ilmuwan,
insinyur, arsitek dan dokter. Para kaum terpelajar memiliki nilai yang
tinggi di pemerintahan. Mereka membangun perpustakan, universitas, pusat
penelitian, dan observatorium. Mereka mengundang kaum terpelajar dari
seluruh bangsa dan agama untuk datang ke wilayah mereka. Sehingga kota
yang mereka bangun menjadi metropolitan ilmu pengetahuan di segala
bidang. Sebagaimana universitas saat ini seperti MIT, Standford, Yale dan Princeton, universitas-universitas kaum Muslim dahulu adalah universitas terunggul.
Dan
apa yang kita miliki saat ini? Kebanyakan pemimpin di negeri kaum
Muslim adalah setengah terpelajar, yang dikelilingi (dengan tingkat
pengecualian yang rendah) oleh kroni-kroni mereka yang kualifikasi
terpenting bagi mereka bukanlah kompetensi atau pendidikan tetapi
hubungan dengan penguasa atau keluarganya.
Penguasa-penguasa
kita (dengan tingkat pengecualian yang rendah) korup dan mementingkan
diri sendiri. Tidak heran, mereka dikelilingi oleh orang-orang korup
yang diberikan posisi untuk menggemukkan simpanan kerabat-kerabat
mereka. Lebih lanjut, ketika jumlah istana dan rumah-rumah megah terus
meningkat, tidak satupun universitas yang dibangun oleh
penguasa-penguasa ini. Hanya beberapa persen dari budget negara yang
dibelanjakan untuk pendidikan dan penelitian. Jadi, adalah wajar ketika
menyaksikan begitu suramnya catatan penemuan ilmiah dari negara-negara
Muslim. Tidak ada satupun universitas dari negeri kaum Muslim yang
berada pada peringkat 100 universitas terbaik di dunia. Mereka yang
memiliki pemikiran cemerlang pelan-pelan terkuras jumlahnya dari negeri
mereka karena memilih untuk menetap (dengan tingkat pengecualian yang
rendah) di negara-negara barat yang lebih menjanjikan, dimana mereka
bisa mengaplikasikan kepintaran dan keahlian mereka.
Komunitas
masyarakat kita begitu terikat dalam sebuah sistem hubungan kerabat
dimana proyek-proyek pemerintahan hampir semuanya disokong oleh
pertimbangan hubungan bisnis dan personal daripada apa yang baik bagi
masyarakat kita. Sehingga muncullah kaum-kaum jutawan setengah
terpelajar yang sama sekali tidak menghargai pendidikan atau pelayanan.
Mengapa
sikap seperti ini, ketika Islam mengajarkan bahwa setiap orang yang
mencari kebajikan selayaknya bersama mereka yang bajik dan bersahabat
dengan mereka yang berbudi pekerti luhur - mereka yang terpelajar,
simpatik, dermawan, jujur, ramah, sabar, terpercaya, murah hati, tahu
diri dan sahabat sejati?
Jadi
jika negara-negara Muslim ingin mengambil kembali khazanah pengetahuan
mereka yang hilang, mereka harus meneliti kembali jejak mereka terdahulu
yang membuat mereka sukses dan menyingkirkan cara-cara yang dipakai
pada saat ini yang mengantarkan kepada kegelapan dan kehancuran.
Izinkan kembali saya memaparkan perkataan Carli Fiorina, yang mengatakan, “Pemimpin-pemimpin seperti Sulaiman
berkontribusi terhadap gagasan-gagasan toleransi dan kepemimpinan sipil
kita. Dan mungkin kita bisa belajar dari contoh yang ia terapkan:
Sebuah kepemimpinan berdasarkan keahlian dan kemampuan, bukan
berdasarkan keturunan. Sebuah kepemimpinan yang memanfaatkan kemampuan
penuh dari keberagaman populasi masyarakatnya yang termasuk di dalamnya
kaum Kristiani, kaum Muslim, dan kaum Yahudi. Kepemimpinan gemilang
seperti inilah yang menumbuhkan kebudayaan, stabilitas, keberagaman dan
teguhnya harapan yang membawa mereka menuju 800 tahun era penemuan dan
kemakmuran.”
Apakah pemimpin-pemimpin kita akan memperhatikan dan mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan mereka?
3. Melangkah melampaui apa yang diharapkan:
Sebagaimana saya kemukakan diatas,
kaum Muslim sangat jauh tertinggal pada setiap bidang pengetahuan.
Adalah tidak mungkin menutupi jurang yang semakin lebar ini hanya dengan
mengikuti arus atau hanya melakukan apa-apa seadanya. Strategi kita
seharusnya adalah berusaha melangkah melampaui kemampuan rata-rata kita,
melakukan hal-hal yang lebih besar. Untuk menjelaskan poin ini, izinkan
saya menutupnya dengan sebuah kisah pada zaman Rasulullah SAW.
Diriwayatkan dari Thalhah bin ‘Ubaidillah r.a.:
Seorang lelaki dengan rambut tergerai dari Najd menemui Rasulullah Saw. dan kami mendengar suaranya yang keras meskipun tidak bisa menangkap apa maksudnya, kemudian lelaki itu mendekat (hingga akhirnya kami tahu bahwa ia datang untuk) bertanya tentang Islam. Rasulullah Saw. bersabda, “Kau harus mengerjakan shalat lima kali dalam sehari semalam.” Laki-laki itu bertanya, “Adakah shalat lain yang harus kukerjakan?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Tetapi jika mau, kau dapat mengerjakan shalat nawafil.” Lebih jauh Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Kau harus mengerjakan puasa selama bulan Ramadhan.” Orang itu bertanya, “Adakah puasa lainnya yang harus kukerjakan?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Tetapi jika mau, kau dapat mengerjakan puasa sunnah.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Kau harus membayar zakat.” Orang itu bertanya, “Apakah masih ada yang lainnya yang harus kubayar selain zakat?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Kecuali jika kau ingin mendermakan sebagian milikmu.” Kemudian laki-laki itu pamit seraya berkata, “Demi Allah! Aku tidak akan mengerjakan yang lain selain ini. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika yang dia katakan benar, dia akan masuk surga.”